Ogah Pakai Kondom-Vesektomi, Kok Belum Ada Pil KB buat Bapak-Bapak?

Ogah Pakai Kondom-Vesektomi, Kok Belum Ada Pil KB buat Bapak-Bapak?

Khadijah Nur Azizah - detikHealth
Minggu, 14 Mei 2023 06:00 WIB
Ogah Pakai Kondom-Vesektomi, Kok Belum Ada Pil KB buat Bapak-Bapak?
Ilustrasi pil KB. (Foto: thinkstock)
Jakarta -

Pil kontrasepsi wanita telah digunakan sejak tahun 1960-an, tetapi mengapa masih belum ada kontrasepsi oral untuk pria? Di sebagian besar negara di dunia, wanita memiliki akses ke berbagai tindakan kontrasepsi, jika mereka menginginkan atau membutuhkannya.

Tapi, sangat sedikit pilihan kontrasepsi bagi pria. Belum lagi, partisipasi pria dalam menggunakan kontrasepsi sangat kecil.

Di Indonesia, data Sistem Informasi Keluarga (New Siga) BKKBN tahun 2022 menunjukkan jumlah kepesertaan pria dalam melakukan keluarga berencana yaitu dengan kondom sebesar 2,2 persen dan vasektomi sebesar 0,25. Capaian total 2,48 persen peserta KB pria tidak sampai dari separuh target sebesar 5,33 persen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tantangan Pil KB Pria

Selama setengah abad terakhir, banyak metode dibuat untuk pengendalian kelahiran laki-laki, beberapa yang telah berhasil diuji klinis pada manusia. Namun, masing-masing akhirnya menemui jalan buntu.

Bahkan yang aman dan efektif telah dihapuskan karena efek samping yang tidak diinginkan. Beberapa pil pria telah ditolak dengan alasan menyebabkan gejala yang sangat umum di antara wanita yang memakai versi wanita.

ADVERTISEMENT

Dilaporkan BBC, baru-baru ini ilmuwan menemukan prototipe pil kontrasepsi pria yang menghentikan sperma berenang. Tes pada tikus menunjukkan bahwa pil itu membuat sperma tertegun atau diam setidaknya selama beberapa jam, cukup lama untuk menghentikan mereka mencapai sel telur.

Dalam studi awal pada tikus, yang didanai oleh US National Institutes of Health dan diterbitkan dalam jurnal Nature Communications, satu dosis obat, yang disebut TDI-11861, menghentikan sperma sebelum, selama, dan setelah hubungan seksual.

Efeknya berlangsung sekitar tiga jam. Setelah 24 jam, efeknya tampak sudah benar-benar luntur dengan kumpulan sperma berikutnya yang berenang secara normal.

Salah satu ilmuwan yang ikut dalam studi tersebut, Dr Melanie Balbach dari Weill Cornell Medicine di New York, mengatakan temuan itu menunjukkan harapan sebagai alat kontrasepsi yang dapat dibalik (reversible) dan mudah digunakan.

"Tapi itu juga merupakan alat yang hebat bagi pria untuk mengontrol kesuburan mereka sendiri karena ada banyak pria di luar sana yang benar-benar tidak tertarik untuk memiliki bayi saat ini, ujar Balbach.




(kna/kna)

Berita Terkait