Sebagian besar orang mungkin berpendapat bahwa ayah seharusnya menjadi laki-laki pertama yang dicintai anak, terutama perempuan. Namun, belakangan ramai di media sosial bahwa Indonesia disebut sebagai negara fatherless terbanyak ketiga di dunia. Kondisi ini menunjukkan banyak anak Indonesia yang kehilangan figur 'ayah' selama hidupnya.
Dikutip dari Woman's Health, data menunjukkan bahwa kira-kira 1 dari 4 anak tinggal di rumah tanpa kehadiran ayah kandung mereka. Banyak juga ayah lainnya yang 'absen' karena masalah seperti kecanduan obat-obatan terlarang sampai pelecehan.
Dalam banyak kasus, ibu, ayah tiri, kakek, nenek, dan orang dewasa lainnya kerap mengisi kekosongan figur ayah tersebut. Meski kebanyakan dari anak perempuan yang tumbuh tanpa sosok ayah terlihat baik-baik saja, para peneliti menemukan bahwa mereka berisiko lebih tinggi menghadapi masalah perilaku dan kemiskinan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dampak emosional dari sosok ayah yang tidak hadir bertahan lama dan berpotensi mengganggu hubungan yang sehat di masa dewasa. Wanita khususnya, terpengaruh dengan keadaan ini karena banyak yang menjalin hubungan dengan pria saat dewasa sehingga dapat memicu masalah yang belum terselesaikan.
Karin Luise, PhD, seorang terapis integratif dan guru spiritual serta Denna Babul, RN yang merupakan pelatih kehidupan dan pakar hubungan serta medis melakukan penelitian tentang dampak kehidupan fatherless bagi anak perempuan. Penelitian itu diterbitkan dalam buku The Fatherless Daughter Project.
Karin dan Denna mendefinisikan fatherless sebagai kurangnya ikatan emosional antara anak perempuan dan ayah, tetapi tidak terbatas pada kematian, perceraian, pelecehan, kecanduan, penahanan atau pengabaian.
Setidaknya 1 dari 3 wanita menganggap diri mereka yatim piatu walaupun masih memiliki ayah. Sebagian besar dari mereka merasa kehilangan ikatan dengan ayah sangat memengaruhi berbagai bidang kehidupan, termasuk kesehatan emosional dan fisik.
Seringkali, anak perempuan yang kehilangan sosok ayah tidak diajari bagaimana mengelola trauma tersebut. Akibatnya, di kemudian hari ketika mengalami kembali rasanya kehilangan (laki-laki), mereka baru sadar masih memiliki masalah yang belum terselesaikan.
Ciri khas anak perempuan yang hidup dalam keluarga fatherless adalah rasa takut ditinggalkan. Ini terjadi karena tidak pernah mendapatkan pengarahan yang dibutuhkan dari sosok ayah sehingga mereka belajar bertahan hidup sendiri. Kondisi ini dapat menyebabkan masalah seperti pergaulan bebas, menghindari seks, isolasi diri, penyalahgunaan obat-obatan, kecemasan, dan depresi.
Anak perempuan yang mengalami fatherless sulit menjalin hubungan dan interaksi di tempat kerja dengan lawan jenis. Ini disebabkan karena mereka tidak pernah diajari cara merasa nyaman dengan laki-laki saat sosok ayah tidak ada.
Di sisi lain, anak perempuan juga dilaporkan memiliki rasa hormat yang besar kepada ibu saat mereka tumbuh dewasa. Mereka semakin menyadari kesulitan yang dihadapi dan bersyukur atas semua yang ibu lakukan untuk membesarkannya.
(kna/kna)











































