Fakta-fakta Fatherless, Ketika Anak Kehilangan Sosok 'Ayah' dalam Hidupnya

Fakta-fakta Fatherless, Ketika Anak Kehilangan Sosok 'Ayah' dalam Hidupnya

Hana Nushratu - detikHealth
Selasa, 16 Mei 2023 08:30 WIB
Fakta-fakta Fatherless, Ketika Anak Kehilangan Sosok Ayah dalam Hidupnya
Peran ayah penting dalam tumbuh kembang anak, (Foto: iStock)
Jakarta -

Belakangan ini, ramai perbincangan terkait Indonesia disebut negara fatherless ketiga terbanyak di dunia. Artinya, banyak anak Indonesia yang kehilangan sosok 'ayah' dalam hidupnya.

Menurut psikolog klinis anak dan remaja Monica Sulistiawati, MPsi, Psikolog, fatherless merupakan kondisi di mana seorang anak tidak merasakan kehadiran sosok ayah, baik secara fisik maupun psikis. Istilah fatherless sama seperti father hunger, father absence, atau father deficit.

"Fatherless itu adalah si ayah sebetulnya ada. Jadi si anak itu punya ayah, tapi kehadirannya secara fisik maupun secara psikologis itu sangat minim," ujar Monica, dalam sesi bincang detikPagi, Senin (15/5/2023).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Monica, ada beberapa faktor yang menyebabkan seorang anak mengalami fatherless, di antaranya:

  • Pernikahan jarak jauh atau long distance marriage (LDM)
  • Orang tua bercerai (divorced)
  • Orang tua terlalu sibuk

Pentingnya Peran Ayah dalam Keluarga

Monica menjelaskan, pengasuhan anak bukan hanya tanggung jawab ibu tetapi juga tanggung jawab ayah. Sebab, baik ibu dan ayah memiliki caranya masing-masing untuk mendidik anak. Mulai dari komunikasi, problem solving (kemampuan menyelesaikan masalah), dan kemampuan berpikir.

ADVERTISEMENT

"Nah, kalau secara umum, banyak nih penelitian yang mengatakan bahwa hubungan yang dekat dengan seorang anak, ini memiliki korelasi yang positif dengan self esteem (kepercayaan diri), life satisfaction (kepuasan hidup si anak), juga bagaimana anak menyelesaikan masalahnya," kata Monica.

Monica menyebut, anak yang memiliki kedekatan emosional dengan ayah memiliki kemampuan komunikasi yang baik. Selain itu, mereka juga memiliki tingkat resiliensi dan kemampuan memecahkan masalah yang baik.

"Dia nggak mudah frustasi, nggak mudah stres, kemudian dia mampu berfokus pada problem solving dibandingkan dengan emosi. Jadi ketika dia menghadapi masalah, reaksi yang diberikan, respon emosi yang diberikan, sifatnya lebih ke sementara bukan terus-menerus," tutur Monica.

Monica menambahkan, anak yang memiliki kemampuan memecahkan masalah yang baik dapat beradaptasi dalam situasi yang kurang menyenangkan. Sehingga, tingkat depresinya jauh lebih rendah.

Dampak Negatif Fatherless

Dalam kesempatan terpisah, psikolog klinis Annisa Mega Radyani MPsi, Psikolog menyebut dampak atau efek fatherless bersifat kompleks bagi setiap orang. Namun, secara umum berikut adalah dampak fatherless bagi tumbuh kembang anak:

Anak Tidak Merasa Aman

Sosok ayah diidentikkan dengan memberikan rasa 'aman dan nyaman' bagi seorang anak. Bagi anak yang kehilangan sosok ayah, mereka seringkali akan mencari sosok ayah sepanjang hidupnya.

"Kemudian bisa jadi juga anak ini jadi bingung, kira-kira sosok laki-laki jadi panutan itu seperti apa sih? Jadi sebenarnya secara psikologis mungkin dia akan mencari orang lain untuk menjadi sosok 'fathernya' dia," jelas Annisa.

NEXT: Trust Issue atau Hilang Kepercayaan

Trust Issue atau Hilang Kepercayaan

Dampak negatif dari fatherless lainnya yaitu hilangnya kepercayaan atau trust issue. Annisa menyebut, anak akan memiliki pandangan berbeda kepada laki-laki dan hal tersebut dapat mempengaruhi kondisi sosialnya ketika beranjak dewasa.

"Mungkin bisa jadi dia nggak percaya sama laki-laki atau misalnya bisa jadi merasa nggak aman sama seorang laki-laki dan itu akan mempengaruhi relasi dia dengan orang lain, baik seperti perempuan atau juga laki-laki gitu," tutur Annisa.

Menurunnya Prestasi Akademik

Kondisi fatherless ini juga dinilai bisa turut mempengaruhi rasa percaya diri anak dan dapat berdampak pada prestasinya di sekolah.

Kenakalan

Kondisi fatherless memicu anak melakukan kenakalan. Terlebih, jika anak sudah memasuki masa remaja.

"Kan biasanya aturan yang handle ayah. Karena nggak ada aturan, jadi lebih bandel mungkin, bisa macam-macam apalagi kalau ayahnya nyontohin," beber Annisa.

Tips Mencegah Fatherless

Sebagian ayah kerap disibukkan dengan pekerjaannya hingga tidak memiliki waktu untuk anaknya. Hal ini dapat memicu kondisi fatherless pada anak.

Memiliki banyak waktu untuk anak tentu diharapkan dapat membangun ikatan yang kuat dengan anak. Namun menurut Monica, hubungan antara ayah dan anak yang baik bukan hanya dihitung oleh kuantitas melainkan kualitas.

"Tentu, waktu yang lebih banyak diharapkan bisa membangun bonding hubungan yang lebih baik. Tapi, kalau waktunya terbatas bagaimana? Nah, kalau waktunya terbatas tentu yang diutamakan adalah kualitas," kata Monica.

Guna mencegah agar anak tidak mengalami fatherless, Monica menyarankan untuk berkomunikasi dengan anak meskipun terpisah oleh jarak. Terlebih di era serba digital, ayah dapat menggunakan aplikasi teleconference untuk menghabiskan waktu bersama anak.

"Misalnya via Zoom, ini kan bisa dipakai untuk berkomunikasi dengan si anak, menjalin hubungan dengan si anak. Memang akan menjadi challenging, tapi tidak mustahil untuk dilakukan demi si anak," pungkasnya.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Fatherless dan Pentingnya Peran Ayah di Indonesia"
[Gambas:Video 20detik]
(hnu/kna)
RI Negara Fatherless
5 Konten
Indonesia menjadi negara fatherless ketiga di dunia. Apa sih itu dan bagaimana dampaknya terhadap tumbuh kembang anak?

Berita Terkait