Sejumlah negara di Asia Tenggara diterpa cuaca panas membakar, di antaranya adalah Malaysia. Imbas kondisi tersebut, muncul belasan kasus heatstroke hingga memicu korban jiwa.
Kementerian Kesehatan Malaysia melaporkan total 14 kasus heatstroke akibat cuaca panas yang esktrem, satu di antaranya meninggal dunia. Jumlah ini diperkirakan masih akan terus meningkat hingga Agustus mendatang.
Meski sudah memakan sejumlah korban, termasuk satu korban jiwa, pemerintah setempat menyatakan belum adanya rencana untuk mengumumkan kondisi gelombang panas sebagai kondisi darurat. Kondisi dianggap masih terkendali.
"Hingga kemarin sudah ada 14 kasus namun situasinya masih terkendali dan dapat tertampung di faskes secara nasional," kata Wakil Menteri Kesehatan Lukanisman Awang Sauni yang dikutip dari Malay Mail, Selasa (16/5/2023).
"Fasilitas kementerian dan rumah sakit disiapkan untuk menerima korban heatstroke dan korban kram panas," sambungnya.
Menurut Wakil Perdana Menteri Datuk Seri Dr Ahmad Zahid Hamidi, situasi terkait keadaan darurat masih bisa berubah dan pemerintah akan siap mengeluarkan perintah.
"Kami telah melakukan langkah-langkah proaktif dan preventif seperti penyemaian awan untuk menghadapi gelombang panas. Untuk saat ini, kami rasa tidak perlu mengumumkan keadaan darurat," ungkapnya, dikutip dari The Star, Rabu (17/5).
"Tapi kalau perlu, kami akan keluarkan Directive 20 Dewan Keamanan Nasional untuk darurat," ujar Ahmad Zahid lebih lanjut sesuai memimpin rapat Komite Nasional Penanggulangan Bencana kemarin.
(vyp/vyp)