Duh, 8 'Virus Zombie' Ini Berpotensi Bangkit Lagi gegara Pemanasan Global

Suci Risanti Rahmadania - detikHealth
Selasa, 06 Jun 2023 07:33 WIB
Ilustrasi virus (Foto: Getty Images/iStockphoto/ktsimage)
Jakarta -

Ribuan tahun yang lalu, ada beberapa bakteri dan virus membeku di dalam lapisan permafrost prasejarah. Terkunci di tanah Arktik yang dingin dan dasar sungai adalah dunia yang penuh dengan mikroba kuno. Namun, dengan adanya pemanasan global saat ini dikhawatirkan bakteri dan 'virus zombie' itu akan kembali bangkit dan mengancam makhluk di bumi.

Suhu yang memanas dapat menyebabkan sebagian besar es mencair dan melepaskan mikroba ini dari penjara beku mereka. Setelah bebas, patogen yang tidak diketahui dapat menginfeksi manusia atau hewan lain.

"Risiko pasti akan meningkat dalam konteks pemanasan global, di mana pencairan permafrost akan terus meningkat, dan lebih banyak orang akan menghuni Kutub Utara," Jean-Michel Claverie, ahli biologi komputasi di Universitas Aix-Marseille di Prancis yang mempelajari ilmu kuno dan virus eksotis, kata CNN, dikutip dari Live Science.

Meski begitu, sejauh ini para ilmuwan hanya mempelajari virus permafrost yang menginfeksi organisme bersel tunggal yang disebut amuba, karena virus ini tidak berbahaya dan memberikan model yang baik untuk virus lain yang mungkin bersembunyi di bawah es.

"Kami tidak memiliki bukti formal bahwa virus selain virus khusus amoeba dapat bertahan lama, tetapi tidak ada alasan mengapa tidak, karena semua virus pada dasarnya memiliki sifat yang sama sebagai partikel inert saat berada di luar sel inangnya. Kami tidak ingin mengambil risiko besar untuk memulai pandemi baru dengan virus 'zombie' yang tidak diketahui dari masa lalu hanya untuk menunjukkan bahwa kita benar," lanjutnya lagi.

Perlu diingat bahwa 'virus zombie' bukan seperti virus yang mengubah manusia menjadi zombie di film-film. Hanya saja ini merupakan istilah nama lantaran virus tersebut mampu hidup di dalam bekuan es selama ribuan bahkan ratusan ribu tahun. Berikut 8 'virus zombie' yang dikhawatirkan bakal bangkit lagi karena pemanasan global.

1. Pithovirus sibericum

Pithovirus sibericum termasuk salah satu virus terbesar yang pernah ditemukan. Virus ini memiliki panjang sekitar 1,5 mikrometer, seukuran bakteri kecil dan termasuk dalam kelompok yang dikenal sebagai virus raksasa. Selain itu, Pithovirus sibericum juga merupakan virus DNA beruntai ganda yang terlihat di bawah mikroskop cahaya.

P sibericum terlihat seperti oval berdinding tebal dengan bukaan di salah satu ujungnya dan ditutup oleh struktur gabus dan kisi-kisi seperti sarang lebah.

Para ilmuwan yang berburu patogen tak dikenal menemukan P sibericum yang terletak jauh di dalam inti permafrost Siberia kuno yang diekstraksi pada tahun 2000 dari Kolyma, di Timur Jauh Rusia.

Mereka menghidupkan kembali virus berumur 30.000 tahun dengan memaparkan sampel permafrost ke amuba, satu-satunya inang P sibericum yang diketahui. Adapun virus ini tidak berbahaya bagi manusia dan hewan lainnya.

"Protokol kami adalah menempatkan kultur amuba (di laboratorium) dalam kontak dengan berbagai sampel, dengan harapan mereka mengandung virus yang mampu menginfeksi amuba," kata Claverie.

Para peneliti menamai virus itu dari kata Yunani "pithos", mengacu pada wadah besar, atau amphora, yang digunakan oleh orang Yunani kuno untuk menyimpan anggur dan makanan. Mereka mempublikasikan hasilnya dalam studi tahun 2014 di jurnal PNAS.

2. Molivirus sibericum

Mollivirus sibericum ditemukan membeku dalam sampel permafrost Siberia berusia 30.000 tahun yang sama dengan P sibericum.

Partikel M sibericum lebih kecil daripada partikel P sibericum, yaitu memiliki panjang 0,6 hingga 1,5 mikrometer). mereka juga terlihat di bawah mikroskop cahaya dan memenuhi syarat sebagai virus raksasa.

Virus berbentuk bulat kasar ini dikelilingi oleh lapisan pelindung berbulu, serta dapat memproduksi dan melepaskan 200 hingga 300 partikel virus baru dari setiap amuba yang diinfeksinya.

Meskipun M sibericum tidak menimbulkan bahaya bagi manusia dan hewan lain, penemuan dua virus purba dalam satu sampel menunjukkan bahwa patogen yang tidak aktif mungkin sering bersembunyi di permafrost, para peneliti memperingatkan dalam sebuah studi tahun 2015 yang diterbitkan dalam jurnal PNAS.

"Kami tidak dapat mengesampingkan bahwa virus jauh dari populasi manusia (atau hewan) Siberia kuno dapat muncul kembali saat lapisan permafrost Arktik mencair dan/atau terganggu oleh aktivitas industri," tulis mereka dalam penelitian tersebut.




(suc/suc)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork