Ghana Dilanda Krisis Nakes, Para Perawat Eksodus ke Inggris

Ghana Dilanda Krisis Nakes, Para Perawat Eksodus ke Inggris

Khadijah Nur Azizah - detikHealth
Selasa, 06 Jun 2023 12:43 WIB
Ghana Dilanda Krisis Nakes, Para Perawat Eksodus ke Inggris
Foto: iStock
Jakarta -

Ribuan perawat spesialis eksodus dari negara Afrika Barat untuk mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang lebih baik di luar negeri. Pada 2022, lebih dari 1.200 perawat di Ghana bergabung menjadi pekerja di Inggris.

Perpindahan para perawat itu terjadi karena Layanan Kesehatan Nasional Inggris (NHS) semakin bergantung pada staf dari negara-negara non-UE untuk mengisi lowongan.

Kepala keperawatan di Rumah Sakit Daerah Greater Accra, Gifty Aryee, mengatakan kepada BBC bahwa Unit Perawatan Intensifnya telah kehilangan 20 perawat ke Inggris dan AS dalam enam bulan terakhir.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia menambahkan bahwa pasien yang sakit parah seringkali harus dirawat lebih lama di unit gawat darurat karena kekurangan perawat.

"Perawatan terpengaruh karena kami tidak dapat menerima pasien lagi. Ada penundaan perawatan, membuat kematian lebih tinggi," katanya.

ADVERTISEMENT


Semua Perawat Berpengalaman Pergi

BBC menemukan situasi serupa di Rumah Sakit Kota Cape Coast.

Wakil kepala layanan keperawatan rumah sakit, Caroline Agbodza, mengatakan dia telah melihat 22 perawat meninggalkan Ghana untuk mencari nafkah ke Inggris pada tahun lalu.

"Semua perawat perawatan kritis kami, perawat berpengalaman kami, telah pergi. Jadi kami akhirnya tidak memiliki apa-apa, tidak ada staf berpengalaman untuk bekerja. Bahkan jika pemerintah merekrut, kami harus melalui rasa sakit melatih perawat lagi," kata Agbodza.

Di Klinik Kesehatan Ewim di Cape Coast, seorang perawat telah meninggalkan unit gawat darurat kecil mereka dan yang lainnya telah meninggalkan unit rawat jalan. Kedua perawat berpengalaman dan telah mendapatkan pekerjaan di Inggris.

Kepala dokter di sana, Dr Justice Arthur, mengatakan efeknya sangat besar.

"Mari kita ambil layanan seperti imunisasi anak. Jika kita kehilangan perawat kesehatan masyarakat, maka bayi yang harus diimunisasi tidak akan mendapatkan imunisasi dan kita akan memiliki bayi yang meninggal," ujar Dr Arthur.

Dia mengatakan pasien dewasa juga akan meninggal jika tidak ada cukup perawat untuk merawat mereka setelah operasi.

Next: WHO Prihatin

Kondisi tersebut juga telah menjadi kekhawatirkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Mereka menyebut negara-negara yang lebih miskin semakin kehilangan petugas kesehatan karena yang lebih kaya berusaha untuk menopang kehilangan staf mereka sendiri akibat pandemi COVID-19.

Kecenderungan perawat dan staf lain untuk meninggalkan negara mereka demi peluang yang lebih baik di negara-negara kaya di Timur Tengah atau Eropa sudah berlangsung sebelum pandemi tetapi telah meningkat sejak itu.

"Petugas kesehatan adalah tulang punggung dari setiap sistem kesehatan, namun 55 negara dengan beberapa sistem kesehatan paling rapuh di dunia tidak memiliki cukup nakes dan banyak yang kehilangan petugas kesehatan mereka karena migrasi internasional," kata Tedros Adhanom Ghebreyesus, direktur jenderal WHO dikutip dari Reuters.

Dari 55 negara yang dimaksud Tedros, termasuk di dalamnya negara-negara 'rentan' versi WHO seperti Komoro, Rwanda, Zambia, Zimbabwe, Timor Leste, Laos, Tuvalu, dan Vanuatu.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video Kemenkes Ungkap Sulitnya Dapatkan Dokter di Daerah 3T"
[Gambas:Video 20detik]
(kna/vyp)

Berita Terkait