Sebagian besar kematian terjadi di Peru utara, di mana rumah sakit telah melebihi kapasitasnya, membawa kembali ingatan tentang krisis kesehatan yang dialami negara itu selama pandemi virus Corona.
Dikutip dari Reuters, otoritas kesehatan negara setempat telah menunjuk El Nino sebagai salah satu pendorong utama lonjakan kasus. Fenomena iklim alami memicu siklon tropis di Pasifik, meningkatkan curah hujan dan risiko banjir di wilayah tersebut.
baca juga
Lonjakan kasus DBD tahun ini jauh lebih tinggi daripada tahun 2017, ketika saat itu juga terjadi El Nino. Musim hujan mendorong reproduksi massal nyamuk karena akumulasi air di kota-kota.
Imbas hal ini, Presiden Peru Dina Boluarte menandatangani dekrit pada hari Kamis yang menyatakan "keadaan darurat" selama dua bulan di 18 dari 24 wilayah negara itu. Hal ini bertujuan memungkinkan tindakan resmi yang cepat untuk bahaya yang akan segera terjadi dari hujan deras tahun ini dan berikutnya.
Sebagai informasi, DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti. Gejalanya meliputi demam, nyeri mata, kepala, otot dan persendian, mual, muntah, dan kelelahan.
baca juga
Simak Video "Video: Kemenkes Catat 131 Ribu Kasus DBD Sepanjang 2025"
(suc/suc)