Pakar Farmasi Soroti Balita Samarinda Positif Narkoba, Bisa Seserius Ini Efeknya

Pakar Farmasi Soroti Balita Samarinda Positif Narkoba, Bisa Seserius Ini Efeknya

Charina Elliani - detikHealth
Minggu, 11 Jun 2023 17:14 WIB
Pakar Farmasi Soroti Balita Samarinda Positif Narkoba, Bisa Seserius Ini Efeknya
Seorang bayi 3 tahun ditemukan positif narkoba. (Foto ilustrasi: Getty Images/iStockphoto/tolgart)
Jakarta -

Baru-baru ini, heboh kasus balita laki-laki di Kalimantan Timur yang teridentifikasi positif narkoba. Balita berusia 3 tahun yang diketahui berinisial (N) itu mulai mengalami sejumlah gejala usai meminum air yang diberikan oleh tetangganya.

Kejadian bermula ketika korban dan sang ibu berkunjung ke rumah tetangganya pada Selasa (7/6/2023) sore. Kala itu, N diberi air minum dalam bentuk kemasan botol lantaran sedang kehausan.

Sejak meminum air itu, perilaku N tampak berubah hingga disebut sempat halusinasi. Anak tersebut juga mengalami gejala lainnya, seperti tidak bisa tidur selama dua hari dan dinilai hiperaktif.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Gejalanya itu dia aktif, tidak mau diam, mulutnya ngoceh terus dan tidak mau tidur. Awalnya ibunya mikir anak ini kesurupan," ungkap Ketua Tim Reaksi Cepat Perlindungan Perempuan dan Anak (TRC PPA) Kalimantan Timur Rina Zainun kepada detikcom, Sabtu (10/6/2023).

Dengan sederet gejala tersebut, sang anak kemudian dibawa ke Rumah Sakit Jiwa Samarinda dan menjalankan pemeriksaan tes urine. Hasil tes menunjukkan bahwa N positif metamfetamin.

ADVERTISEMENT

"Di rumah sakit umum diambil tindakan opname karena dari pihak medis khawatir tentang kesehatan anak ini karena organ tubuh dipaksa untuk begadang dan tidak makan," jelasnya.

Prof Zullies Ikawati, PhD, Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM) menjelaskan sejumlah risiko yang mungkin ditimbulkan dari metamfetamin pada anak.

"Golongan ini merupakan stimulan sistem saraf dan dapat mempengaruhi perilaku, efek yang bisa dtimbulkan, antara lain, gejala psikosis/kejiwaan, seperti halusinasi, perubahan perilaku, ketakutan, lebih sensitif, atau agresif, termasuk jadi hiperaktif," jelasnya ketika dihubungi detikcom, Minggu (11/6/2023).

Menurut Prof Zullies, dampak yang ditimbulkan dari obat tersebut bisa berpotensi lebih berat pada bayi dibandingkan pada orang dewasa yang juga bisa berakibat fatal bila dikonsumsi dalam dosis berlebih.

"Bisa jadi, dengan dosis yang sama, dampaknya lebih berat pada bayi, karena berarti dosis yang terasup lebih besar dari dosis lazimnya. Efek obat itu akan berbanding lurus dengan dosis obat," ungkapnya.

"Fatal tidaknya tergantung dosis. Sejauh ini bayi tersebut sudah mendapatkan penanganan dan sudah membaik. Jika dosisnya berlebih, ya bisa jadi fatal," sambungnya.

Mengenai proses penyembuhannya sendiri, ia menjelaskan bahwa pada dasarnya setiap obat bisa tereliminasi dari tubuh. Hanya saja, waktu yang dibutuhkan untuk mengeliminasi obat bergantung pada kemampuan tubuh masing-masing orang.

"Pada prinsipnya semua obat itu bisa tereliminasi dari tubuh, hanya berbeda-beda lamanya antar obat dan antar subyek, tergantung kemampuan metabolisme dan eliminasinya," ujar Prof Zullies.

"Nyatanya sudah membaik, kan? Jadi kalau paparan hanya sekali, kemungkinan besar untuk recovered ya lebih besar. Yang pasti perlu diterapi sesuai dengan gejala yang muncul, sambil menunggu obatnya tereliminasi dari tubuh," pungkasnya.




(naf/naf)

Berita Terkait