Sejumlah wilayah di Kalimantan Timur masih menjadi endemi kasus malaria. Persebaran nyamuk anopheles yang masih tinggi di menyebabkan insiden malaria di Kalimantan Timur masih terus terjadi.
Kepala Dinas Kesehatan Kaltim dr H Jaya Mualimin mengatakan beberapa kecamatan di sekitar Ibu Kota Nusantara (IKN) mencatatkan kasus malaria yang cukup tinggi. Walau tidak ada kasus di IKN-nya sendiri, situasi ini menjadi kekhawatiran tersendiri.
"IKN sendiri kan tidak ada kasus, yang ada ksus itu di kecamatan span dan beberapa kecamatan lain yang masih menjadi sumber penularan," katanya dalam agenda Hari Malaria Sedunia di Titik Nol Nusantara, IKN, Kalimantan Timur, Kamis (15/6/2023).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Angka kesakitan malaria (API) di Penajam Paser Utara, daerah terdekat dari IKN, berada di 6,44. Indikator ini digunakan untuk menentukan tren morbiditas malaria dan menentukan endemisitas suatu daerah. Jika angkanya di atas 5, artinya wilayah tersebut berada di zona merah atau risiko tinggi penularan malaria.
Data dari Kemenkes melaporkan dari 10 kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Timur, empat di antaranya sudah eliminasi malaria. Satu kabupaten yang endemis tinggi yakni Penajam Paser Utara yang dekat dengan IKN.
Tumiran, tim survailans malaria di UPT Puskesmas Sepaku I, Kabupaten Penajam Paser Utara, mengatakan sejauh ini ada 13 kasus malaria yang tercatat di wilayahnya. Sekitar 10 di antaranya adalah pasien yang bekerja di IKN.
"Sebagian besar memang berasal dari pendatang yang bekerja di IKN. Jadi ya memang kenanya di hutannya," kata Tumiran.
(kna/kna)











































