Menelisik Pemicu Meninggalnya Pasien Cangkok Jantung Babi Pertama di Dunia

Menelisik Pemicu Meninggalnya Pasien Cangkok Jantung Babi Pertama di Dunia

Averus Kautsar - detikHealth
Rabu, 05 Jul 2023 20:00 WIB
Menelisik Pemicu Meninggalnya Pasien Cangkok Jantung Babi Pertama di Dunia
Proses operasi transplantasi jantung babi pada manusia. (Foto: Screenshoot AFP)
Jakarta -

Studi baru yang dipublikasikan di jurnal The Lancet membeberkan gagalnya prosedur transplantasi jantung babi pada manusia. Jantung babi yang sudah dimodifikasi secara genetik tersebut ditransplantasikan pada 7 Januari 2022.

Pasien bernama David Bennett (57) yang dirawat di University of Maryland Medical Center mengalami kegagalan fungsi jantung tanpa munculnya penolakan akut yang jelas selama hampir tujuh minggu usai operasi.

Bennet diketahui awalnya menderita penyakit jantung stadium akhir. Ia akhirnya meninggal dunia karena serangan jantung yang tiba-tiba setelah prosedur xenotransplantasi pada 8 Maret 2022.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dia terbukti menjadi pasien yang berani dan mulia karena sudah berjuang sampai akhir," ucap ahli bedah yang melakukan transplantasi Bartley Griffith dikutip dari BBC, Rabu (5/7/2023).

Tim peneliti lantas melakukan pengujian ekstensif pada jaringan terbatas yang ada pada pasien. Mereka memetakan urutan kejadian yang akhirnya menyebabkan gagal jantung. Padahal jantung berfungsi dengan baik pada tes pencitraaan seperti ekokardiografi sampai hari ke-47 pasca operasi.

ADVERTISEMENT

Studi tersebut juga menunjukkan tidak adanya tanda-tanda penolakan akut yang terjadi dalam beberapa minggu pertama setelah operasi. Ada berbagai faktor yang menyebabkan gagal jantung pada Bennet. Salah satunya adalah kondisi kesehatannya yang sudah buruk sebelum operasi.

Hal tersebut akhirnya membuat sistem kekebalannya mengalami kolaps.

Hal tersebut membatasi penggunaan rejimen anti-penolakan yang efektif dalam studi praklinis xenotransplantasi yang dilakukan. Peneliti lantas menemukan bahwa pasien lebih rentan terhadap penolakan organ dari antibodi yang dibuat sistem kekebalan tubuh.

Selain itu, penggunaan obat imunoglobulin intravena (IVIG) yang mengandung antibodi disebut juga dapat menyebabkan kerusakan sel otot jantung. Obat yang diberikan sebanyak dua kali pada pasien selama bulan kedua setelah transplantasi tersebut berfungsi untuk mencegah infeksi.

Namun kemungkinan obat IVIG juga memicu respon imun anti-babi. Tim peneliti menemukan adanya bukti imunoglobulin yang menargetkan lapisan endotelium vaskular babi di jantung.

Peneliti juga menyelidiki keberadaan virus laten porcine cytomegalovirus (PCMV) pada jantung babi yang mungkin jadi penyebab disfungsi transplantasi. Namun tidak ada bukti bahwa virus tersebut menginfeksi pasien atau menyebar ke organ di luar jantung.

"Pelajaran berharga dapat dipetik dari operasi terobosan ini dan pasien pertama yang berani, Mr Bennett, yang akan memberi informasi lebih baik kepada kami untuk xenotransplantasi di masa depan," ucap Dekan UMSOM Mark T. Gladwin, MD, Wakil Presiden Urusan Medis, University of Maryland, Baltimore, dan Profesor Kehormatan John Z. dan Akiko K. Bowers.

Halaman 2 dari 2
(avk/kna)

Berita Terkait