Tradisi Bagi-bagi Daging Sapi Mati di Balik Merebaknya Antraks di Gunungkidul

Tradisi Bagi-bagi Daging Sapi Mati di Balik Merebaknya Antraks di Gunungkidul

Nafilah Sri Sagita K - detikHealth
Kamis, 06 Jul 2023 18:03 WIB
Jakarta -

Kasus antraks muncul lagi, Gunungkidul mencatat sedikitnya tiga orang menjadi korban pasca menyembelih dan mengonsumsi daging sapi mati. Rupanya, awal mula merebaknya kasus antraks di tahun ini, juga berkaitan dengan tradisi mbrandu atau purak di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Tradisi ini dikenal dengan kebiasaan warga di Gunungkidul menyembelih dan membagikan hewan yang sakit secara gratis.

"Mbrandu atau purak, jadi suatu tradisi di wilayah Gunungkidul ini mereka mengonsumsi dan membagi hewan yang sudah mati," terang Direktur Kesehatan Hewan (Dirkeswan) Kementerian Pertanian Nuryani Zaenuddin dalam konferensi pers Kamis (6/7/2023).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jadi hewan yang terlihat sudah sakit dan mereka sembelih mereka membagi-bagikan secara gratis itu yang disebut sebagai bandul atau purak ya lebih detailnya," sambungnya.

Kebiasaan semacam itu selalu memicu risiko penyebaran masif antraks, terlebih Gunungkidul termasuk wilayah endemis. Pasalnya, antraks bisa langsung menyebar dan 'menyerang' manusia dengan tiga cara, yakni kontak dengan kulit, melalui konsumsi daging yang sakit dan mengganggu pencernaan, sampai yang paling fatal penularan udara.

ADVERTISEMENT

Sebagai pencegahan, Direktur Kesehatan Hewan (Dirkeswan) Kementerian Pertanian Nuryani Zaenuddin menyebut pemerintah aktif melakukan vaksinasi secara umum dalam puluhan tahun. Tracing dan surveilans juga terus dilakukan untuk memastikan wabah terkendali.

Ia menyebut antraks tidak bisa 'dimusnahkan' tetapi bisa dikendalikan.

"Ketika ada kematian mendadak pada ternak, peternak harus melaporkan kepada petugas, etugas melaporkan sistem, tim dari Balai Veteriner akan turun melakukan sampel, dan investigasi dengan kasus tersebut," sambungnya.

(naf/kna)

Berita Terkait