Eks Petinggi WHO Soroti 3 Warga DIY Meninggal Kena Antraks

Eks Petinggi WHO Soroti 3 Warga DIY Meninggal Kena Antraks

Nafilah Sri Sagita K - detikHealth
Jumat, 07 Jul 2023 19:59 WIB
Eks Petinggi WHO Soroti 3 Warga DIY Meninggal Kena Antraks
Ilustrasi antraks. (Foto: Getty Images/iStockphoto/Thomas Faull)
Jakarta -

Tiga orang tewas terkena antraks di Gunungkidul, DIY. Ini merupakan laporan kasus pertama sepanjang 2023, total ada 93 orang yang terkena antraks pasca mengonsumsi sapi mati.

Disebut-sebut, warga sengaja menggali sapi mati yang sudah dikubur untuk kemudian disembelih dan dikonsumsi.

"Yang dikonsumsi masyarakat ada tiga ekor sapi. Ketiganya sudah sakit dan mati," ujar Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Gunungkidul Wibawanti Wulandari, di Kantor Pemkab Gunungkidul, dikutip dari detikJateng, Kamis (6/7/2023)

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mantan Direktur Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Asia Tenggara Prof Tjandra Yoga Aditama ikut menyoroti laporan tersebut. Ia sempat menangani kasus serupa di di 2010 dan 2011, saat antraks mewabah di Maros dan Boyolali.

Antraks disebutnya menjadi penyakit hewan menular yang dipicu bakteri bacillus anthracis. Umumnya, menyerang hewan herbivora yakni sapi, kambing, domba, dan bisa menular ke manusia.

ADVERTISEMENT

"Penyakit ini bersifat zoonosis yang berarti dapat ditularkan dari hewan ke manusia. Bakteri penyebab antraks, apabila terpapar udara, akan membentuk spora yang sangat resisten terhadap kondisi lingkungan dan bahan kimia termasuk desinfektan tertentu dan dapat bertahan di dalam tanah, sehingga kadang-kadang antraks juga disebut 'penyakit tanah'," terang dia dalam keterangan tertulis yang diterima detikcom Kamis (6/7/2023).

Ada tiga jenis manifestasi penyakit antraks di manusia. Pertama, antraks kulit. Ini merupakan jenis antraks yang paling sering terjadi, tetapi tidak berbahaya, kulit para korban akan berubah menjadi menghitam.

Jenis kedua merupakan antraks pencernaan dan yang ketiga adalah antraks paru atau pernapasan. "Yang juga pada sebagian kasus dapat menjadi berat, menyebabkan syok serta meningitis dan bahkan kematian," sebutnya.

Kasus antraks tidak hanya bisa diatasi dengan mengendalikan penularan di manusia saja, ataupun hanya di hewan. Butuh pengendalian dengan pendekatan One Health, yakni kerja sama dalam kesehatan manusia, hewan, juga lingkungan.




(naf/kna)
Kasus Antraks di Gunungkidul
18 Konten
Kemenkes RI melaporkan ada tiga suspek antraks di Gunungkidul meninggal dunia. Meski perihal awal mula penularan kasus suspek ini masih dalam penyelidikan epidemiologi, pihak Kemenkes mewanti-wanti masyarakat untuk mewaspadai risiko penularannya.

Berita Terkait