Marak Kasus Obesitas BB dengan Capai Ratusan Kg, Apa Pemicunya?

Round Up

Marak Kasus Obesitas BB dengan Capai Ratusan Kg, Apa Pemicunya?

Faesal Mubarok - detikHealth
Minggu, 09 Jul 2023 17:58 WIB
Marak Kasus Obesitas BB dengan Capai Ratusan Kg, Apa Pemicunya?
Kasus obesitas di Indonesia. (Foto: ANTARA FOTO/FAUZAN)
Jakarta -

Indonesia dihebohkan dengan munculnya beberapa kasus obesitas ekstrem. Setelah muncul kasus obesitas mendiang Muhammad Fajri dengan berat 300 kg, sekarang muncul lagi dua kasus obesitas ekstrem dengan berat sekitar 200 kg di wilayah Jakarta Timur dan Tangerang.

Obesitas dinilai sebagai salah satu permasalahan yang mengakar di Indonesia. Bahkan, menurut data yang diperoleh dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), prevalensi obesitas terus meningkat

Data 2015-2019, sebanyak 13,5 persen orang dewasa usia 18 tahun ke atas mengalami kelebihan berat badan, sementara itu 28,7 persen mengalami obesitas. Pada anak usia 5-12 tahun, sebanyak 18,8 persen mengalami kelebihan berat badan dan 10,8 persen mengalami obesitas.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Melihat fenomena ini, perlu diketahui bahwa obesitas ekstrem membawa ancaman serius terhadap kesehatan. Risiko komplikasi yang mengancam seperti masalah jantung, stroke dan bahkan kanker meningkat, dan hal ini dapat berujung pada kondisi yang fatal.


Kebiasaan Pola Makan di Indonesia

Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) Banten, dr Ahmad Mekkah H, SpPD, MSc. MKes menuturkan bahwa pada kasus-kasus obesitas ekstrem di Indonesia, tren keberhasilan penanganan untuk menurunkan berat badan masih menemui kendala. Hal ini salah satunya akibat dari pola makan.

ADVERTISEMENT

Kalau di Indonesia itu kan, bahasanya, orang kalau belum ketemu nasi- makan banyak karbohidrat, belum makan katanya, atau, kita sekarang lagi diserang oleh banyak restoran cepat saji. Yang paling banyak mempengaruhi adalah pola makan," kata dr Ahmad dalam podcast Dinas Kesehatan Kota Tangerang, Kamis (6/7/2023).

Terkait dengan pola makan tersebut, dr Ahmad juga menyoroti minuman manis berkalori tinggi yang marak dijumpai saat ini sebagai salah satu pemicu obesitas di Indonesia.

"Makanan dan minuman manis, sekarang kan banyak ya, minuman manis yang berkalori tinggi. Tanpa disadari itu yang memicu terjadinya obesitas," tambahnya.

NEXT: Gaya Hidup Buruk

Dokter spesialis gizi klinik, dr Christopher Andrian, MGizi, SpGK, menuturkan bahwa kasus obesitas ekstrem di Tanah Air sangat dipengaruhi oleh gaya hidup yang buruk. Kebiasaan-kebiasaan tersebut dilakukan secara berkelanjutan dalam jangka waktu yang lama.

"Mungkin nggak hanya jangka pendek, tapi dalam kasus ini biasanya dalam jangka panjang. Kalau sampai ratusan kilo itu, berarti menumpuk terus menerus kan dari kebiasaan dia kecil," kata dr Christopher saat ditemui di Jakarta Pusat, Jumat (7/7/2023).

Dari kasus obesitas di RI, dilihat dari kasus obesitas yang belakangan dialami anak-anak, bisa jadi adalah dampak dari kegagalan dalam pola asuh dan kurangnya edukasi bagi orang tua. Dalam hal ini, orang tua mungkin memberi kebebasan kepada anak-anak mereka untuk mengonsumsi makanan manis dan tinggi kalori dalam jumlah yang besar.

dr Christopher menjelaskan bahwa kebiasaan semacam itu cenderung berlanjut hingga masa dewasa. Semakin berangsur lama, semakin kebiasaan tersebut sulit diubah.

"Kalau sudah dewasa, edukasi pengetahuan orang tersebut karena asupannya ngaco, lifestyle-nya dan aktivitasnya nggak ada," tutur dia.

"Kita juga sudah melakukan aktivitas serba online, itu bisa mempengaruhi. Dan akses untuk mendapatkan makanan-makanan yang high calorie dan high sugar lebih gampang," sambungnya.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: WHO Keluarkan Pedoman Baru Syarat Terapi GLP-1 untuk Obesitas"
[Gambas:Video 20detik]
(vyp/vyp)

Berita Terkait