Kasus obesitas bermunculan di RI, bahkan dengan berat badan mencapai ratusan kg. Beberapa waktu lalu, muncul kasus pria obesitas dengan BB 300 kg asal Tangerang, M Fajri. Tak lama setelahnya, muncul juga kasus Cipto Raharjo asal Tangerang dengan BB 200 kg.
Pengurus Perhimpunan Ahli Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) sekaligus dokter spesialis penyakit dalam sub endokrin Dr dr EM Yunir, SpPD, KEMD menjelaskan, pada dasarnya prinsip obesitas berbentuk sederhana. Pada orang normal, jumlah asupan yang dikonsumsi dan yang keluar akan seimbang.
Sedangkan pada kasus obesitas, kalori yang masuk ke tubuh lebih banyak dibandingkan yang keluar, disebabkan asupan makanan yang banyak dan aktivitas fisik yang minim.
"Masalahnya di zaman sekarang itu ada ketidakseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran karbohidrat atau makanan yang masuk. Kita tahu bahwa sekarang sangat mudah membeli makanan dan semua jenis makanan yang ada itu bisa online," ungkap dr EM Yunir dalam konferensi pers virtual, Senin (10/7/2023).
Melihat kasus obesitas mencapai ratusan kg di Indonesia, dr EM Yunir menuturkan, ada kemungkinan kasus obesitas di Indonesia dipicu oleh mudahnya akses membeli jajanan, misalnya dengan fitur ojek online. Ditambah, makanan yang kerap dianggap lezat oleh masyarakat adalah hidangan yang tinggi kadar gula dan lemak.
"Dengan berbagai macam variasinya yang mana kita tahu zaman sekarang makanan enak itu manis-manis dan mengandung lemak tinggi. Sehingga outputnya akan menjadi tinggi sedangkan pada pasien-pasien yang aktivitas fisiknya kurang itu akan menyebabkan keseimbangan kalori ini lebih banyak yang tersimpan tidak terbuang," ujarnya.
Dalam jangka waktu panjang, input kalori yang berlebih dari asupan makanan tersebut dapat menyebabkan terjadinya penumpukan lemak dalam tubuh.
Simak Video "Video: WHO Keluarkan Pedoman Baru Syarat Terapi GLP-1 untuk Obesitas"
(vyp/kna)