Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengaku heran dengan munculnya narasi RUU Kesehatan yang kini sudah sah menjadi Undang-Undang, disebut bakal menjadi jalan mulus banyak nakes asing berpraktik di RI.
Menurutnya, hal itu tidak mungkin terjadi lantaran hampir seluruh negara tengah menghadapi masalah yang sama, yakni kekurangan dokter dan dokter spesialis. Dirinya juga memastikan dalam UU Kesehatan yang baru, proses adaptasi nakes tidak dihilangkan.
Artinya, tetap ada penyesuaian dan uji kompetensi untuk setiap nakes asing saat ingin berpraktik di Indonesia. Namun, yang membedakan adalah, proses tersebut dipermudah bagi mereka dengan lulusan fakultas kedokteran ternama di dunia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Tok! RUU Kesehatan Resmi Disahkan Jadi UU |
Misalnya, Universitas Harvard dan mereka dengan riwayat karier pekerjaan di institusi ternama seperti Mayo Clinic.
"Pada saat krisis terjadi karena kita ketahui kualitas perbankan di Indonesia waktu itu jadi menurun di bawah kualitas perbankan asing di perbankan. Saya merasakan waktu itu yang namanya bankir bankir asing dibatasi sekali satu kota cuma ada 5 ada 4 enggak boleh lebih cabang bank asing nggak boleh buka di mana mana hanya boleh di Jakarta, buka di Surabaya apa enggak boleh ya jadi citibank standard chartered sangat terbatas," jelas Menkes.
Dengan dibukanya waktu terjadi krisis itu terbuka semua citibank bisa buka ratusan cabang cimb niaga dari Malaysia jadi bisa buka 300 lebih UOB dari Singapura 300 lebih apa yang terjadi. Yang terjadi tidak ada itu ribuan bankir bankir asing datang enggak ada. Yang terjadi adalah perusahaan perusahaan multinasional besar ini datang. Dia bawa mungkin 10 15 20 dia rekrut," sambungnya.
Kala itu, lulusan fakultas ekonomi ternama di Indonesia direkrut perusahaan tersebut dengan kemudian mempelajari sistem perbankan internasional terbaru sehingga kualitasnya semakin bagus.
Menurutnya hal yang sama bisa terjadi di dunia kesehatan. Masuknya dokter asing ke Indonesia tidaklah harus dianggap sebagai sebuah ancaman minimnya lapangan pekerjaan. Namun, perlu menjadi tantangan kompetisi yang akan membuat kualitas dokter ikut lebih baik.
"Tidak mungkin ribuan dokter akan masuk. Saya ikut G20 ketemu semua Menkes 20 negara terbesar di dunia, nggak ada satupun yang bilang kelebihan dokter, semuanya bilang kekurangan dokter," beber dia.
Menurutnya, ini juga bisa menjadi peluang memperbanyak dokter dan dokter spesialis di Indonesia, yang mungkin saja memiliki minat untuk berkarier ke luar negeri dengan mendapatkan gaji lebih besar.
"Ini membuktikan kita membuka diri, tetapi tidak akan menurunkan derajat, akan meningkatkan kualitas dan yang paling penting masyarakat layanannya terpenuhi," pungkasnya.
(naf/kna)











































