Fakta-fakta Pria Kena Stroke di Usia 33, Kerap Keluhkan Gejala Ini saat Bangun Tidur

Fakta-fakta Pria Kena Stroke di Usia 33, Kerap Keluhkan Gejala Ini saat Bangun Tidur

Suci Risanti Rahmadania - detikHealth
Jumat, 14 Jul 2023 08:01 WIB
Fakta-fakta Pria Kena Stroke di Usia 33, Kerap Keluhkan Gejala Ini saat Bangun Tidur
Ilustrasi pasien dirawat gegara stroke (Foto: Getty Images/iStockphoto/SDI Productions)
Jakarta -

Alex McKeown, seorang pria di AS yang terkena stroke di usia 33 tahun. Ia bahkan tak percaya bahwa dirinya yang masih muda itu sudah terkena stroke.

"Rasanya luar biasa mendapatkan berita itu pada usia 33. Itu menentang kepercayaan," imbuh Alex, dikutip dari Daily Mail.

Pria yang tinggal di Chicago, As, itu menceritakan awal mula bagaimana dirinya bisa terkena stroke. Pada Mei 2023, Alex mengaku kerap merasa lelah saat bangun tidur di pagi hari. Meski merasa lelah, ia tetap memaksakan untuk beraktivitas, seperti mengikuti kelas olahraga karena takut dimintai biaya apabila tak datang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Beberapa waktu setelah mengikuti kelas, Alex mendadak kehilangan keseimbangan saat mengangkat beban. Ia juga mengaku pusing, sehingga tak mampu melanjutkan kelas olahraga.

Awalnya ia mengira kondisi tersebut disebabkan karena dehidrasi. Ia pun diberi air dan jus jeruk oleh petugas kelas olahraga tersebut. Bukannya semakin membaik, kondisi Alex justru semakin memburuk dan lemas, bahkan ia sampai terbaring di lantai.

ADVERTISEMENT

Para petugas kelas olahraga langsung bergegas untuk menghubungi ambulan agar Alex segera dilarikan ke rumah sakit.

"Ada dua wanita di sekitar saya, instruktur kebugaran dan karyawan lain, dan saya sangat bersyukur mereka ada di sana dan terus mengawasi saya, karena mereka menelepon 911," ucapnya.

"Saya tidak bisa bangun atau berdiri tanpa bantuan," katanya, saat petugas medis tiba untuk membawanya ke rumah sakit.

Didiagnosis Mengidap Aneurisma Aorta

Saat diperiksa oleh dokter, Alex ternyata mengidap aortic aneurysm (aneurisma aorta) atau pembengkakan di salah satu arterinya. Kondisi ini dapat meningkatkan risiko plak merusak arteri dan menyebabkan penyumbatan, sehingga bisa memicu stroke.

Kepala ahli saraf radiologi di Northwestern Medicine di Chicago, dr Ali Shaibani mengatakan bahwa ia dan timnya harus bergerak cepat untuk mengatasi kondisi Alex. Menurutnya, hal ini dikarenakan stroke mampu menghilangkan 1,9 juta sel otak per menit, sehingga ia dengan segera harus membersihkan bekuan darah besar yang menyumbat arteri Alex.

"Kasus Alex luar biasa karena kami biasanya tidak melihat stroke pada kelompok usianya," katanya.

Dokter menjelaskan bahwa terdapat gumpalan cukup luas di tubuh Alex, mulai dari salah satu arteri karotisnya yang mengalir melalui leher dan memasok darah ke wajah dan otak, serta arteri serebral tengah di belakang matanya.

Pengobatan yang Diterima

Dokter awalnya memberi Alex tenecteplase, obat yang dapat membantu melarutkan gumpalan darah.Mereka juga melakukan trombektomi, sejenis operasi di mana dokter memasukkan kateter ke dalam pembuluh darah di area selangkangan dan kemudian mengalirkannya ke gumpalan darah.

Ini kemudian ditarik keluar menggunakan alat penyedot untuk membersihkan arteri dan mengembalikan aliran darahnya kembali normal.

Kondisi Terkini Alex Pasca Stroke

Setelah menjalani perawatan intensif, Alex dinyatakan pulih dan tak mengalami kerusakan jangka panjang. Meski begitu, pria berusia 33 tahun itu perlu menjalani beberapa kali pemeriksaan untuk memperbaiki aneurisma aortanya demi mencegah stroke di masa depan.

"'Pelajaran terbesar yang saya pelajari dari pengalaman ini adalah jika Anda berpikir ada sesuatu yang salah, segera cari pertolongan medis. Percayalah, itu sepadan," ucap Alex.

NEXT: Mengenal Stroke dan Penyebabnya

Dikutip dari Cleveland Clinic, stroke adalah kondisi yang mengancam jiwa, terjadi ketika bagian otak tak memiliki aliran darah yang cukup. Kondisi ini paling sering terjadi karena arteri tersumbat atau adanya perdarahan di otak.

Tanpa suplai darah yang stabil, sel-sel otak di area tersebut mulai mati karena kekurangan oksigen.

Siapa saja bisa terkena stroke, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, namun ada beberapa orang yang memiliki risiko lebih besar dibandingkan yang lain. Sekitar dua pertiga dari stroke terjadi pada orang di atas usia 65 tahun.

Ada juga kondisi medis tertentu yang meningkatkan risiko stroke, antara lain tekanan darah tinggi (hipertensi), kolesterol tinggi (hiperlipidemia), diabetes tipe 2, dan orang yang memiliki riwayat stroke, serangan jantung, atau irama jantung tidak teratur seperti fibrilasi atrium.

Efek stroke tergantung pada beberapa faktor, termasuk lokasi obstruksi dan seberapa banyak jaringan otak yang terkena. Namun, karena satu sisi otak mengontrol sisi tubuh yang berlawanan, stroke yang mengenai satu sisi akan mengakibatkan komplikasi neurologis pada sisi tubuh yang terkena.

Jika stroke terjadi di bagian belakang otak, misalnya, kemungkinan akan terjadi kecacatan yang melibatkan penglihatan.

Ada dua penyebab utama stroke, yaitu arteri tersumbat atau disebut stroke iskemik dan bocor atau pecahnya pembuluh darah (stroke hemoragik).

Stroke iskemik dan stroke hemoragik dapat terjadi karena berbagai faktor. Stroke iskemik biasanya terjadi karena pembekuan darah. Kondisi ini dapat terjadi karena:

  • Aterosklerosis.
  • Gangguan pembekuan.
  • Fibrilasi atrium (terutama bila terjadi karena sleep apnea).
  • Cacat jantung (defek septum atrium atau defek septum ventrikel).
  • Penyakit iskemik mikrovaskular (yang dapat menyumbat pembuluh darah kecil di otak Anda).

Sementara stroke hemoragik dapat terjadi karena beberapa alasan, antara lain:

  • Tekanan darah tinggi, terutama bila seseorang memilikinya dalam waktu lama, sangat tinggi, atau keduanya.
  • Aneurisma
  • Tumor otak (termasuk kanker).
  • Penyakit yang melemahkan atau menyebabkan perubahan yang tidak biasa pada pembuluh darah di otak, seperti penyakit moyamoya.
Halaman 2 dari 2
(suc/suc)
Bangun Tidur Kena Stroke
6 Konten
Stroke bisa menyerang kapan saja. Termasuk, saat bangun tidur seperti kerap dialami dalam keseharian.

Berita Terkait