Beberapa orang meyakini, vape bisa menjadi solusi untuk berhenti merokok. Dengan harapan, penggunaan vape dengan efek yang lebih 'enteng' bisa menjadi pengganti rokok konvensional. Padahal menurut riset, efek vape dan rokok elektrik tak lebih ringan dibandingkan rokok. Salah satu efek yang dikhawatirkan dari penggunaan vape tak lain masalah ereksi.
Berbeda dengan rokok konvensional, vape ini memiliki kemasan yang berwarna cerah dan banyak rasa. Misalnya seperti anggur dan nanas yang tentu bisa menarik perhatian kalangan anak muda.
Namun, vape tetap memiliki efek yang berbahaya bagi kesehatan. Ahli urologi terkemuka Australia bahkan mengungkap adanya keterkaitan antara vape nikotin dan disfungsi ereksi.
Menurut spesialis urologi dr Christopher Love, sebuah penelitian awal sudah menunjukkan hubungan antara vape nikotin dan disfungsi ereksi. Sebuah studi di Amerika Serikat menemukan kemungkinan ada hubungan antara impotensi dan penggunaan vape, terlepas dari usia, penyakit kardiovaskular, dan faktor risiko lainnya.
"Ini pada dasarnya menunjukkan bahwa jika Anda ngevape setiap hari, kemungkinan memiliki peluang dua kali lipat untuk mengalami disfungsi ereksi dibandingkan dengan seseorang yang tidak menggunakan vape," kata dr Love yang dikutip dari News.co.au, Senin (24/7/2023).
"Meskipun masih ada kekurangan data yang kuat, studi yang satu ini setidaknya cukup mengkhawatirkan untuk mendapatkan reaksi," sambungnya.
dr Love mengatakan nikotin diketahui memberikan dampak buruk pada kinerja seksual. Itu yang membuat kebiasaan merokok memberikan efek yang buruk untuk ereksi penis pria.
"Vapes punya itu (nikotin), apalagi bahan kimia lain yang masih belum kita ketahui," tegasnya.
Disfungsi ereksi adalah kondisi medis yang terjadi saat seseorang tidak bisa mendapatkan ereksi yang memuaskan, atau tidak mampu mempertahankan ereksinya. Ada beberapa faktor yang memicu terjadinya disfungsi ereksi, yakni:
- Usia
- Diabetes
- Kecemasan kinerja
- Obat-obatan tertentu
- Prosedur pembedahan
- Gaya hidup
Meski kondisi ini sering terjadi pada pria yang lebih tua. Ini paling sering disebabkan oleh aliran darah yang buruk ke penis karena penyempitan arteri. Namun, belakangan ini pria di bawah 40 tahun juga banyak yang mencari pengobatan untuk mengatasi disfungsi ereksi.
"Anak-anak muda bisa mengira mereka tahan (terhindari dari disfungsi ereksi). Dengan kelompok usia yang lebih muda, masalahnya lebih cenderung pada pilihan gaya hidup, termasuk diet, merokok, dan vaping," ujar Dr Love.
"Semakin sering melakukannya dan semakin lama Anda melakukannya, kondisinya akan semakin buruk," pungkasnya.
Simak Video "Video WHO Ungkap Hampir 15 Juta Remaja di Dunia Ngevape"
(sao/naf)