Kasus obesitas ekstrem bermunculan di Indonesia, dengan berat badan pasien bisa mencapai ratusan kilogram. Seperti beberapa waktu lalu, muncul kasus mendiang Muhammad Fajri dengan berat 300 kg. Tak lama setelahnya, muncul juga kasus obesitas mendiang Cipto Raharjo dengan berat badan sekitar 200 kg.
Menurut Wakil Menteri Kesehatan RI, dr Dante Saksono Harbuwono, kasus obesitas di Indonesia memang meningkat tahun ke tahun. Ia menyebut, pada 2023, Riskesdas mencatat kasus obesitas ada sebesar 15,3 persen. Berlanjut mengacu pada data 2018, kasusnya meningkat menjadi 21,8 persen.
Menurutnya, fenomena ini berkenaan dengan besaran pemasukan masyarakat yang meningkat dari tahun ke tahun. Ditambah, masyarakat tidak sepenuhnya memahami pentingnya menjaga asupan makan serta mencegah risiko obesitas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini mungkin dipacu oleh income yang makin meningkat (atau) income yang semakin meningkat, dan terutama angka obesitas ini banyak sekali dari daerah-daerah penyanggah kota besar seperti di Tangerang, Depok, di Bekasi, Bogor, itu angka obesitasnya lebih tinggi daripada di Jakarta," beber Wamenkes dalam siaran langsung, Senin (24/7/2023).
"Itu menunjukkan bahwa angka obesitas berkorelasi dengan pendapatan masyarakat yang semakin meningkat. Ini karena konsumsi dan pengetahuan yang tidak dipahami oleh masyarakat secara luas," sambungnya.
Lain halnya pada kelompok anak, obesitas umumnya dipicu oleh kendala pemenuhan gizi seimbang. Sebab pada banyak kasus, anak obesitas awalnya diberi asupan makanan tambahan secara dini.
"Apalagi kalau dibarengi faktor genetik, faktor genetik yang besar pada ibu dan bapaknya yang memang sudah obesitas akan menentukan anak itu menjadi obesitas. Biasanya yang paling penting adalah pola asuh dalam keluarga," pungkas Wamenkes.
(vyp/vyp)











































