Studi Ungkap BAB 'Cuma' 3 Hari Sekali Tingkatkan Risiko Penurunan Kognitif

Studi Ungkap BAB 'Cuma' 3 Hari Sekali Tingkatkan Risiko Penurunan Kognitif

Faesal Mubarok - detikHealth
Rabu, 02 Agu 2023 07:00 WIB
Studi Ungkap BAB Cuma 3 Hari Sekali Tingkatkan Risiko Penurunan Kognitif
Ilustrasi (Foto: ilustrasi/thinkstock)
Jakarta -

Sebuah studi yang dipresentasikan dalam Konferensi InternasioCNNnal Asosiasi Alzheimer di Amsterdam, Rabu (19/7), sembelit kronis, yang didefinisikan oleh penulis sebagai buang air besar hanya setiap tiga hari atau lebih, telah dikaitkan dengan risiko penurunan kognitif subjektif 73 persen lebih tinggi.

"Penelitian kami memberikan bukti pertama dengan memeriksa spektrum frekuensi pada buang air besar," kata dr Chaoran Ma, penulis dan asisten profesor di departemen nutrisi University of Massachusetts Amherst, dikutip dari CNN.

"Kami terkejut betapa kuatnya keterkaitan tersebut, terutama bagi mereka yang jarang buang air besar," lanjutnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sekitar 16 persen populasi orang dewasa di seluruh dunia mengalami konstipasi, tetapi lebih sering terjadi pada orang dewasa yang lebih tua. Hal ini disebabkan oleh faktor yang berkaitan dengan usia seperti kurangnya olahraga dan serat makanan, serta penggunaan obat-obatan yang dapat menyebabkan konstipasi sebagai efek samping.

Sembelit kronis telah dikaitkan dengan peradangan dan gangguan mental seperti kecemasan dan depresi, tetapi ada banyak pertanyaan yang belum terjawab tentang hubungan antara kesehatan pencernaan dan fungsi kognitif jangka panjang.

ADVERTISEMENT

Fungsi kognitif mengacu pada kapasitas mental seseorang untuk belajar, berpikir, penalaran, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, mengingat, dan memperhatikan.

Untuk menemukan petunjuk atas pertanyaan ini, penulis studi tersebut menilai lebih dari 112.000 orang dewasa yang telah berpartisipasi dalam Studi Kesehatan Perawat, Studi Kesehatan Perawat II, dan Studi Tindak Lanjut Profesional Kesehatan. Dua studi pertama menyelidiki faktor risiko penyakit kronis utama di kalangan wanita di Amerika Utara, sedangkan studi terakhir melihat topik yang sama tetapi untuk pria.

Para penulis penelitian terbaru mengumpulkan data tentang frekuensi buang air besar peserta dari 2012 hingga 2013, penilaian fungsi kognitif peserta antara 2014 dan 2017, dan rincian tentang fungsi kognitif yang diukur secara obyektif oleh beberapa peserta antara 2014 dan 2018.

Hasilnya, dibandingkan dengan orang yang buang air besar sekali sehari, partisipan yang mengalami konstipasi atau kesulitan BAB memiliki kognisi yang jauh lebih buruk, yang setara dengan tiga tahun lebih banyak penuaan kognitif kronologis.

Peningkatan risiko juga ditemukan di antara mereka yang buang air besar lebih dari dua kali sehari, meskipun kemungkinan yang lebih tinggi ini kecil.

"Semakin banyak kita belajar tentang akses usus-otak, semakin kita memahami bahwa sangat penting untuk memastikan bahwa (mencegah atau mengatasi penurunan kognitif) adalah pendekatan sistem," kata Maria C. Carrillo, kepala ilmu pengetahuan dari Asosiasi Alzheimer, yang tidak terlibat dalam penelitian.

"Otak tidak sepenuhnya terisolasi dari apa yang terjadi dalam aliran darah Anda," sambungnya lagi.

Penelitian ini tidak dirancang untuk menguji hubungan kausal antara buang air besar, mikrobioma usus, dan kesehatan kognitif. "Jadi kami tidak dapat dengan tegas menarik kesimpulan mengenai urutan kausal yang tepat yang mendasari hubungan ini," kata Ma.

Namun, frekuensi buang air besar dan fungsi kognitif subyektif juga dikaitkan dengan mikrobioma usus peserta. Menurut Cleveland Clinic, di antara mereka yang jarang buang air besar dan fungsi kognitif yang lebih buruk, terjadi penipisan bakteri baik yang menghasilkan butirat, asam lemak yang mendukung penghalang usus yang mencegah bakteri dan mikroba lain memasuki aliran darah.

Butirat juga secara signifikan membantu kesehatan pencernaan dengan menyediakan sumber energi utama untuk sel-sel usus besar. Itu dapat ditemukan dalam makanan berserat tinggi, suplemen serat, prebiotik dan produk susu penuh lemak, dimakan secukupnya, seperti mentega, keju, susu atau ghee. Ghee adalah mentega murni, dibuat dengan memisahkan lemak mentega murni dari padatan susu dan air dalam mentega.

Mereka yang buang air besar dua kali atau lebih per hari dan memiliki fungsi kognitif yang lebih buruk memiliki jumlah spesies yang lebih tinggi yang memicu peradangan dan terkait dengan dysbiosis, ketidakseimbangan mikroba usus yang terkait dengan penyakit.

Penelitian lain yang dipresentasikan pada konferensi yang sama memiliki temuan serupa. Dalam satu abstrak dari 140 orang dewasa paruh baya, memiliki tingkat bakteri usus neuroprotektif yang lebih rendah Butyricicoccus dan Ruminococcus dikaitkan dengan peningkatan tingkat biomarker penyakit Alzheimer.

"Mengenai kesehatan saraf dan pencernaan, makanan yang baik tidak hanya memberi makan otak kita, tetapi juga mendorong pergerakan usus yang sehat," kata Carrillo.

Makan cukup serat dari sayuran, buah-buahan, biji-bijian dan kacang-kacangan dapat mencegah sembelit. FDA merekomendasikan asupan serat total harus minimal 25 gram per hari. Dan cukup terhidrasi melunakkan feses sehingga Anda bisa mengeluarkannya tanpa mengejan.

Berolahraga setidaknya beberapa kali per minggu dan mengelola stres juga dapat membantu.

Halaman 2 dari 2
(suc/suc)

Berita Terkait