Penggunaan vape atau rokok elektrik dalam beberapa waktu terakhir marak digunakan masyarakat. Walau dianggap lebih baik dari rokok konvensional, penggunaan vape nyatanya juga memiliki berbagai efek buruk pada kesehatan.
Beberapa waktu terakhir efek 'vape tongue' pada penggunanya menjadi sorotan dokter. Efek ini merupakan kondisi kehilangan indra perasa yang dialami oleh seseorang ketika menggunakan vape.
Efek ini umumnya hanya muncul sementara waktu dan dapat hilang ketika perokok menghentikan atau mengurangi penggunaan vape. Hal tersebut menunjukkan efek samping buruk lain yang bisa dialami oleh perokok elektrik.
Walaupun belum ada informasi ilmiah yang dipublikasikan mengenai kondisi tersebut, banyak dokter gigi dan praktisi kesehatan memperingatkan bahaya besar yang bisa ditimbulkan dari penggunaan vape.
"Ini adalah contoh lain dari banyak hal yang tidak kita ketahui tentang bagaimana menggunakan vape dapat mempengaruhi tubuh," ucap profesor di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas California San Francisco Benjamin Chaffe dikutip dari Healthline, Kamis (3/8/2023).
"Ini alasannya penelitian lebih lanjut dan alasan untuk mendekati produk ini dengan hati-hati," sambungnya.
Gejala yang ditimbulkan dari efek vape tongue berupa berkurangnya indra perasa. Ketika semua indra pengecap hilang, secara medis kondisi tersebut disebut sebagai ageusia.
Seseorang yang mengalami kehilangan indra perasa umumnya tidak dapat merasakan berbagai macam rasa, hanya hambar. Tingkat keparahan hilangnya perasa akibat vape dapat bervariasi tergantung pada frekuensi penggunaan rokok elektrik.
Penyebab pasti vape menyebabkan hilangnya perasa belum diketahui pasti, namun hal tersebut diduga besar karena zat kimia dari cairan vape. Teori termasuk xerostomia (mulut kering) dan dehidrasi akibat cairan vape.
Bahan kimia seperti propilen glikol, asam benzoat, gliserin nabati, hingga perasa cinnamaldehyde dan diacetyl banyak ditemukan dalam produk vape. Bahan kimia yang terkandung pada vape bisa terus berkembang, terlebih produsen vape terus menawarkan rasa baru.
"Orang dapat membayangkan bahwa bahan kimia dalam rokok elektrik, terutama perasa, dan lainnya dapat menyebabkan masalah kesehatan mulut. Tapi tidak ada yang diketahui secara pasti," ucap Dr Bonnie Halpern-Felsher, direktur eksekutif perangkat informasi, solusi, dan intervensi vaping Stanford.
Selain vape tongue, penggunaan rokok elektrik juga erat dikaitkan dengan efek samping lain seperti batuk, kesulitan bernapas, mual, dan kelelahan. Selain itu efek serius seperti kerusakan paru-paru juga dapat disebabkan oleh vape.
Simak Video "Video WHO Ungkap Hampir 15 Juta Remaja di Dunia Ngevape"
(avk/naf)