Picu Kematian Bray Wyatt, Dokter Jelaskan Penyebab Serangan Jantung saat Tidur

Picu Kematian Bray Wyatt, Dokter Jelaskan Penyebab Serangan Jantung saat Tidur

Suci Risanti Rahmadania - detikHealth
Selasa, 29 Agu 2023 15:00 WIB
Picu Kematian Bray Wyatt, Dokter Jelaskan Penyebab Serangan Jantung saat Tidur
Pegulat WWE Bray Wyatt. Foto: Repro/Joe Camporeale/USA Today Sport/CNN
Jakarta -

Penyebab kematian pegulat WWE Bray Wyatt baru-baru ini terungkap. Pria berusia 36 tahun itu dilaporkan meninggal karena serangan jantung.

Dikutip dari NYPost, Wyatt dilaporkan mengalami serangan jantung saat tidur siang. Ia ditemukan tak sadarkan diri oleh kekasihnya di tempat tidur dan dalam keadaan membiru.

Terkait hal tersebut, dokter spesialis jantung dan pembuluh darah sekaligus Ketua InaHRS, dr Sunu Budhi Raharjo, SpJP(K), PhD, menjelaskan serangan jantung adalah kondisi darurat saat aliran darah yang membawa oksigen ke jantung tiba-tiba berhenti. Salah satu penyebab serangan jantung adalah aritmia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Adapun jenis aritmia atau gangguan irama jantung yang kerap kali menimbulkan kematian pada pasien saat tidur adalah sindrom brugada atau kelainan genetik yang ditandai dengan gangguan irama dan aliran listrik pada jantung. Kondisi tersebut menyebabkan fibrilasi ventrikel yang membuat pasien pada malam hari tiba-tiba kolaps, kejang-kejang, hingga meninggal.

"Apa yang menyebabkan itu? Di dalam otot jantungnya sendiri kanan itu ada sumber yang sering menimbulkan konslet. Nah pasien tersebut salah satu yang harus kita identifikasi untuk mencegah kematian mendadak," ucapnya saat ditemui detikcom di Jakarta Barat, Selasa (29/8/2023).

ADVERTISEMENT

Selain sindrom brugada, ada juga jenis gangguan jantung lainnya yang bisa menyebabkan kematian saat tidur, disebut hipertrofi kardiomiopati atau kelainan genetik yang terjadi saat otot jantung menebal secara abnormal. Kondisi ini biasanya kerap dialami oleh atlet-atlet olahraga.

"Apa yang terjadi pada Christian Eriksen, Markis Kido, dan pemain sepak bola dari Kongo, dan dari Kongo sudah dilakukan otopsi, ternyata karena penebalan otot jantung yang menyebabkan kelistrikan jantung tidak stabil. Artinya, ada mereka yang memiliki risiko itu," imbuhnya lagi.

Lantas, ada kaitannya dengan COVID?

dr Sunu mengungkapkan, belum tentu kondisi yang dialami berkaitan dengan COVID-19, meskipun virus tersebut merupakan salah satu kontributor faktor risiko aritmia untuk mereka yang terkena long COVID.

"Saya sering juga memiliki pasien yang ada riwayat covid sebelumnya yang namanya long covid syndrom, itu memang episode aritmia lebih sering. Tapi nggak ada hubungan langsung dengan profesi dia sebagai pegulat," imbuhnya.

"Bahwa pegulat, pemain bola, atau olahraga atlet, itukan dia di training, nah pada beberapa orang itu mempunyai bawaan penebalan karena training itu menjadi super cepat. Jadi harusnya penebalannya taruhlah ketebalannya 1 sampai 1,2 cm, dia bisa sampai 1,5 cm, nah itu bisa terjadi serangan jantung," sambungnya lagi.




(suc/kna)

Berita Terkait