Ogah Punya Anak, 33 Persen Wanita Dewasa di Jepang Diprediksi Childfree Selamanya

Nafilah Sri Sagita K - detikHealth
Kamis, 31 Agu 2023 08:08 WIB
Populasi di Jepang. (Foto: David Mareuil/Getty Images)
Jakarta -

Sekitar sepertiga perempuan berusia 18 tahun di Jepang mungkin tidak akan pernah memiliki anak, demikian laporan sebuah lembaga pemerintah pada Rabu (30/8/2023).

Data terbaru mereka menunjukkan perjuangan berat Jepang memperbaiki tren penyusutan populasi. Negara dengan perekonomian terbesar ketiga di dunia itu memperkirakan 33,4 persen dari wanita yang lahir pada 2005 tidak akan memiliki anak.

Skenario paling optimistis, angkanya menurun di 24,6 persen, sementara skenario terburuk di 42 persen menurut Institut Penelitian Kependudukan dan Jaminan Sosial Nasional (IPSS).

Perdana Menteri Fumio Kishida pada bulan Juni berjanji untuk mengatasi krisis populasi dengan langkah-langkah yang belum pernah dilakukan sebelumnya, termasuk kemungkinan jaminan tanggungan lebih besar untuk keluarga dengan tiga anak atau, bahkan lebih.

Namun, jajak pendapat Kyodo News yang belum lama terbit, lagi-lagi menilai hal tersebut nampaknya tak akan efektif.

"Dengan meningkatnya biaya hidup, saya rasa orang tidak merasa mampu atau merasa nyaman mengatakan ingin punya anak," kata Anna Tanaka, 23 tahun, bercerita kepada Reuters.

Jumlah anak di Jepang telah menurun selama lebih dari empat dekade karena berkurangnya keinginan untuk menikah dan menjadi orang tua di tengah kekhawatiran finansial, menurut survei.

IPSS menentukan perkiraan persentase perempuan tanpa anak dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti usia menikah dalam memperkirakan tingkat kesuburan.

Miho Iwasawa, Direktur Penelitian Dinamika Populasi IPSS, mengatakan banyak orang yang menikah terlambat, sehingga menyebabkan penurunan angka kelahiran.

Pada 2020, perempuan menikah pertama kali pada usia rata-rata 29,4 tahun, atau 3,9 tahun lebih lambat dibandingkan tahun 1985. "Menikah di usia akhir 30-an sering kali hanya menghasilkan satu anak, jika ada," kata Iwasawa.

"Tren tersebut dapat menyebabkan lingkaran setan, yaitu semakin sedikit anak yang dilahirkan," kata Takuya Hoshino, ekonom senior di Dai-ichi Life Research Institute.

Karena jumlah anak lebih sedikit, mereka dapat membelanjakan lebih banyak uang untuk setiap anak dibandingkan dengan pengeluaran keluarga di masa lalu. Hal ini meningkatkan rata-rata biaya membesarkan anak bagi masyarakat luas, sehingga membuat sebagian orang enggan memiliki anak.

Biaya kuliah di universitas swasta melonjak lima kali lipat antara tahun 1975 dan 2021, dan sebesar 19 kali lipat di universitas negeri.

"Tantangannya adalah tidak ada penyebab tunggal yang dapat diidentifikasi atas menurunnya angka kelahiran," kata Iwasawa.

Populasi Jepang yang berjumlah 126,15 juta jiwa pada tahun 2020 diproyeksikan turun menjadi 87 juta jiwa pada tahun 2070.



Simak Video "Video: Merebaknya 'Rokok Zombie' di Jepang, Picu Kejang-Hilang Kesadaran"

(naf/naf)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork