Para ilmuwan Inggris menyerukan warga disuntik vaksin booster COVID-19 di tengah varian baru Pirola. Mereka khawatir varian tersebut dapat memicu gelombang infeksi baru lantaran penularannya yang sangat cepat.
Beberapa apotek juga sudah kehabisan alat tes COVID-19 mandiri lantaran diborong masyarakat. Hal ini karena para ilmuwan mendesak masyarakat Inggris untuk tetap waspada terhadap jenis baru tersebut. Adapun fenomena ini terjadi kurang dari 24 jam setelah penjabat kesehatan membatalkan tanggal mulai pemberian vaksin COVID dan flu pada musim gugur.
Para ilmuwan juga telah merekomendasikan kembalinya langkah-langkah mitigasi pandemi, termasuk penggunaan masker hingga mengimbau masyarakat untuk segera mendapat vaksin COVID-19, termasuk booster.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini menekankan perlunya mewaspadai infeksi COVID saat kita memasuki musim gugur dan musim dingin," imbuh Professor Lawrence Young, ahli virologi di Universitas Warwick, dikutip dari Daily Mail.
"Ketika masyarakat kembali bekerja dan sekolah dibuka kembali setelah liburan musim panas, kita perlu meningkatkan kesadaran akan risiko infeksi, terutama bagi kelompok yang paling rentan. Pemerintah harus mempercepat kampanye vaksinasi musim gugur dan memperluasnya kepada orang-orang yang berusia di bawah 65 tahun," imbuhnya lagi.
Lebih lanjut, para pejabat kesehatan Inggris khawatir dengan varian COVID Pirola atau subvarian Omicron BA.2.86 yang menyebar dengan cepat, bahkan memiliki banyak mutasi.
Cicit Omicron ini diketahui membawa lebih dari 30 mutasi pada protein lonjakannya, yang merupakan bagian dari virus yang dirancang untuk ditargetkan oleh vaksin. Beberapa di antaranya memiliki fungsi yang tidak diketahui, namun ada pula yang dianggap membantu virus menghindari sistem kekebalan tubuh.
Awal bulan Agustus, penasihat Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA) mengakui varian tersebut menimbulkan kekhawatiran dan kemunculannya yang cepat menunjukkan penularan internasional yang sudah terjadi.
Kasus global Pirola juga meningkat dua kali lipat dalam seminggu terakhir, dan kini telah terdeteksi di Inggris, AS, Israel, Denmark, Afrika Selatan, Portugal, Swedia, Kanada, Thailand, dan Swiss.
Meskipun begitu, beberapa ilmuwan juga telah memperingatkan bahwa masih terlalu dini untuk panik terhadap varian baru ini.
"Perkiraan terbaik pertumbuhannya dibandingkan varian lain adalah sekitar 60 persen,"Profesor Christina Pagel, ahli matematika dari University College London.
"Tapi itu bisa lebih cepat atau lebih lambat. 60 persen sudah cukup untuk menyebabkan gelombang sedang, namun menurut saya jumlah populasi rentan juga akan jauh lebih besar sehingga gelombang bisa bertahan lebih lama," lanjutnya lagi.
(suc/kna)











































