Salah satu transformasi kesehatan yang diusung Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin adalah Biomedical & Genome Science Initiative (BGSi) sebagai pengobatan dan alat skrining. Budi bercerita, niat tersebut sempat terhalang lantaran ditolak sejumlah dokter hingga profesor.
"Dibilang Menkes-nya lagi bekerja membuat virus untuk membunuh umat manusia, saya kan lagi dibully, banyak nih di dokter-dokter WA group, katanya bahaya nanti datanya bocor ke China, nanti bisa dipakai untuk membunuh umat manusia," beber Menkes dalam persiapan keberangkatan LPDP Angkatan 212, yang disiarkan live di YouTube LPDP, Jumat (1/9/2023).
"Katanya virus menjadi senjata ini, astaga," tuturnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menkes kemudian meluruskan apa yang dilakukan pemerintah adalah mengejar ketertinggalan perkembangan bioteknologi di Tanah Air, yang diyakini bisa meningkatkan peluang kesembuhan seseorang.
Pasalnya, setiap orang tidak memiliki profil genetik yang sama, pendekatan bioteknologi dalam pengobatan memperhitungkan variabilitas individu dalam gen, lingkungan, dan gaya hidup masing-masing. Walhasil, memungkinkan dokter dan peneliti memprediksi secara lebih akurat strategi pengobatan serta pencegahan penyakit tertentu.
"Jadi nanti karena kita sudah tahu genetik-nya kita apa, pengobatannya itu akan sangat precise. Misalnya, Pak saya cancer, obati cancernya, cancernya ini kan terjadi mutasi sel, sel DNAnya berubah. Berubahnya di mana? Di posisi ini, asam amino nomor sekian, L361R. Edit, digunting, dicut, dipaste, itu ada macam-macam, jadi dengan demikian akan menjadi lebih saintifik, obatnya akan sangat precise," beber Menkes memberikan contoh.
"Orang Jepang sama orang Sunda beda ngobatinnya beda, kalau kena cancer," sambung dia.
Menkes juga memberikan contoh dengan apa yang dilakukan aktris Angelina Jolie. Wanita kelahiran 1975 itu ternyata dinyatakan positif membawa mutasi gen yang meningkatkan risiko kanker payudara.
Pada Mei 2013 lalu, Angelina Jolie kemudian mengangkat kedua payudaranya. Gen yang ditemukan yakni BRCA1 dengan risiko kanker payudara sebesar 87 persen dan risiko kanker 50 persen.
Temuan itu juga dilakukan melalui genome sequencing, atau analisis genetik.
"Ini contohnya yang paling terkenal Angelina Jolie, jadi cancer untuk breast, ada BRCA 1, BRCA 2, kalau kita dicek punya itu. Kita punya 91 persen will get breast cancer, ini pembunuh nomor satu wanita di Indonesia, di dunia juga," sambungnya.
"Biogenomic kita sudah sangat ketinggalan di dunia, kita pengen maju, saya ini dicecar-cecar oleh banyak pihak. Nanti saya minta tolong dokter-dokter muda yang sudah pulang bantu saya jelasin," pesan dia kepada para peserta LPDP.
(naf/kna)











































