Ilmuwan telah mengamati hampir 27 ribu penelitian yang mengidentifikasi faktor utama yang menyebabkan kerusakan sperma. Kapasitas reproduksi pria telah menurun secara drastis selama beberapa dekade terakhir.
Dalam sebuah studi yang dirilis dalam jurnal Human Reproductive Update 2022, jumlah sperma di seluruh dunia diperkirakan sudah berkurang setengahnya dalam 50 tahun terakhir. Penelitian terkait kesuburan pria mengungkapkan laju penurunan lebih dari dua kali lipat terjadi semenjak tahun 2000.
Kondisi ini memicu kekhawatiran ilmuwan hingga menyebut kondisi tersebut bisa saja mengancam kelangsungan hidup manusia apabila tidak segera diatasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Peneliti Universitas Semmelweis di Hongaria lantas melakukan penelusuran dari hampir 27 ribu penelitian untuk mengungkapkan berbagai penyebab kerusakan sel sperma. Faktor-faktor yang ditemukan antara lain polusi, merokok, usia, dan kondisi kesehatan tertentu. Fungsi sel sperma diuji menggunakan analisis fragmentasi DNA.
"Diperiksa kandungan DNA-nya, yaitu proporsi materi genetik yang utuh atau terfragmentasi dalam sperma. Semakin terfragmentasi DNA, maka kemampuan sperma untuk membuahi akan semakin berkurang," ucap Kepala Pusat Andrologi Universitas Semmelweis Dr Zsolt Kopa dikutip dari Euronews, Selasa (5/9/2023).
"Kondisi ini juga dapat meningkatkan risiko keguguran," sambungnya.
Para ilmuwan di Semmelweis menemukan 26.901 artikel dan menggunakan 190 artikel penelitian untuk meta-analisis mereka. Penelitian tersebut diterbitkan antara tahun 2003 sampai 2021. Penelitian paling banyak berasal dari Eropa, Amerika Serikat, Asia, serta sebagian dari Afrika dan Australia.
"Berdasarkan penelitian sebelumnya, kami memperkirakan kualitas sel sperma mulai menurun secara signifikan setelah usia 40 tahun, namun meta-analisis kami menunjukkan bahwa usia ini bisa jauh lebih tinggi," kata salah satu penulis penelitian tersebut Dr Anett Szabo.
"Tetapi, tentu saja, hal ini tidak berarti bahwa kita perlu menunggu untuk memulai sebuah keluarga karena parameter penting lainnya juga dapat memburuk seiring bertambahnya usia," sambungnya.
Peneliti mengatakan kebiasaan merokok dapat meningkatkan fragmentasi DNA rata-rata hingga 9,19 persen dibandingkan bukan perokok.
Penelitian menunjukkan bahwa alkohol dan berat badan tidak memiliki peran yang signifikan terhadap fragmentasi materi genetik. Namun, kecenderungan semakin banyak alkohol atau semakin besar berat badan dapat menyebabkan fragmentasi yang lebih besar.
Selain itu, polusi udara juga dinilai sebagai salah satu faktor yang memperburuk kualitas sperma. Meta-analisis menemukan bahwa polusi udara, paparan pestisida atau insektisida dapat meningkatkan fragmentasi DNA sperma hingga 9,86 persen.
Adapun kondisi medis tertentu yang dapat mempengaruhi fragmentasi DNA sperma meliputi varikokel, tumor, chlamydia, hingga HPV.
(avk/kna)











































