Disebut Arawinda Terkait Kekerasan Seksual, Seperti Apa Itu Penyakit Vaginismus?

Terpopuler Sepekan

Disebut Arawinda Terkait Kekerasan Seksual, Seperti Apa Itu Penyakit Vaginismus?

Vidya Pinandhita - detikHealth
Minggu, 10 Sep 2023 14:01 WIB
Disebut Arawinda Terkait Kekerasan Seksual, Seperti Apa Itu Penyakit Vaginismus?
Arawinda Kirana. Foto: Instagram @arawindak
Jakarta -

Aktris Arawinda Kirana kembali menjadi perbincangan netizen beberapa waktu terakhir. Pasalnya ia menjelaskan, dirinya sudah lama mengidap vaginismus sebelum mengalami tindakan kekerasan seksual. Akibatnya, rasa sakit yang dialaminya semakin parah hingga ia harus menjalani perawatan.

"I already had Vaginismus before the assault happened, but afterwards, the pain increased tenfold). I still struggle with it until this day, and am grateful to have met people who understand," tulis Arawinda lewat akun Instagram-nya.

Sebagaimana dijelaskan oleh dokter Spesialis Obstetri Ginekologi dan Praktisi Medis Vaginismus, dr Robbi Asri Wicaksono, SpOG, mengacu pada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), vaginismus dipahami sebagai penyakit organ reproduksi dan saluran kemih. Pengidap penyakit ini mengalami kekakuan otot di vagina yang tidak bisa dikendalikan sehingga terjadi kendala saat penetrasi seksual.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Umumnya, penyakit ini baru ketahuan setelah seseorang menikah. Pasalnya, kendala penetrasi tersebut baru dialami wanita ketika hendak melakukan penetrasi seksual.

"Kalau perempuan sudah mengalami masalah dengan penetrasi seksual, misalnya yang terbanyak kegagalan. Kemudian yang berikutnya sebagian adalah kendala. Kendala itu seperti apa? Bisa masuk tapi sulit, bisa masuk tapi tidak konsisten, bisa masuk tapi hanya setengah, bisa masuk tapi selalu sakit walaupun lubrikasinya sudah ditambahkan," terang dr Robby pada detikcom beberapa waktu lalu.

ADVERTISEMENT

Memang pada beberapa kasus lainnya, vaginismus terdeteksi sebelum seorang wanita menikah dan melakukan hubungan seks. Misalnya, karena perempuan tersebut tidak bisa memasukkan tampon menstruasi akibat ada kondisi vaginismus.

"Orang ini misalnya belum melakukan aktivitas seks, tapi dia mencoba menggunakan tampon untuk haid atau menstrual cup untuk haid. Alat untuk menyumbat bagian depan vagina agar darah haid tidak berceceran," jelas dr Robby.

"Orang dengan vaginismus ini ternyata awal diketahuinya dari sana, dari dia gagal memasukkan tampon (dan) menstrual cup.Secara medis mengkonfirmasi penyakit vaginismus adalah yang sudah dialami sendiri oleh penderita," sambungnya.

NEXT: Mungkinkah gegara Wanita Ketakutan saat Hendak Bercinta?

Menurut dr Robbi, hingga saat ini penyebab vaginismus tidak diketahui secara pasti dalam medis. Hal ini meluruskan anggapan banyak orang yang menyebut, rasa sakit ketika bercinta terjadi karena wanita takut atau tegang ketika hendak bercinta.

Ditegaskannya, vaginismus tidak berkaitan dengan kondisi psikis. Ia memberikan contoh pada kasus pemerkosaan, penetrasi tetap terjadi secara paksa meskipun korban dalam kondisi ketakutan.

"Hingga saat ini penyebab vaginismus itu unknown atau tidak diketahui, Jadi bukan psikis, bukan ini bukan itu. Makanya dari segi medis kita penyebab itu unknown, atau tidak diketahui, kita tidak bisa melakukan misalnya screening untuk mengetahui apakah seseorang ini vaginismus atau tidak," jelasnya.

"Sangat tidak etis kalau ada yang berkonsultasi 'dok saya belum menikah, belum seks aktif tapi saya vaginismus atau tidak?' Tidak etis kalau saya bilang coba saja kamu seks. Itu sangat-sangat tidak manusiawi," pungkas dr Robbi.

Halaman 2 dari 2
(vyp/vyp)

Berita Terkait