Anggota Biro Hukum Pembinaan dan Pembelaan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dr Dewa Nyoman Sutayana, SH, MH, MARS menduga dokteroid atau dokter gadungan Susanto, pria lulusan SMA di Surabaya belajar soal kesehatan melalui situs online. Karenanya, nampak meyakinkan sebagai dokter dengan melancarkan aksi bulusnya sejak 2006.
"Ini informasi kesehatan banyak dan mudah diakses oleh siapa saja. Di RS ini ada info karena kondisi COVID-19, rekrutmen-nya juga melalui online," jelasnya dalam diskusi daring media, Kamis (14/9/2023).
"Ditambah lagi kemungkinan kredensial tidak dijalankan dengan optimal dari pihak RS," sambung dia.
Informasi kesehatan yang mudah diakses dan sebetulnya bermanfaat bagi masyarakat awam, lantas disalahgunakan oleh sejumlah oknum, termasuk dokter gadungan.
"Memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan untuk bisa masuk dalam suatu fasilitas kesehatan dengan berbekal dokumen palsu," sambungnya.
Proses kredensial yakni verifikasi dokumen dan keabsahan data, serta utamanya identitas, menjadi tahap penting yang perlu dilakukan secara berlapis. Artinya, bisa juga melibatkan organisasi profesi, untuk memastikan kompetensi serta riwayat etik yang dimaksud.
"Proses itu kalau dilakukan secara optimal, harusnya tidak lolos. Kredensial itu harusnya sangat ketat, agar menjadi pasien ditangani dengan yang benar-benar dokter, dan dokter yang kompeten, sehingga pelayanan medis dilakukan dengan orang yang tepat," pungkasnya.
Hal ini tentu bisa menimbulkan efek serius jika tidak segera diusut, tentu jika melibatkan praktik langsung kepada pasien seperti penyakit tidak sembuh, memperparah komplikasi, kondisi fatal yang bisa memicu cacat bahkan fatalnya kematian.
Simak Video "Video Kemenkes Ungkap Sulitnya Dapatkan Dokter di Daerah 3T"
(naf/up)