Heboh Pesta Orgy di Jaksel, Normalkah jika Sering 'Ngayal' Seks Ramai-ramai?

Vidya Pinandhita - detikHealth
Sabtu, 16 Sep 2023 17:31 WIB
Ilustrasi. (Foto: Getty Images/iStockphoto/AleksandarNakic)
Jakarta -

Belakangan, netizen dibuat heboh oleh penggrebekan pesta orgy di sebuah hotel di kawasan Semanggi, Jakarta Selatan. Pihak polisi melaporkan, dua orang yang ditangkap dari penggrebekan tersebut adalah pasangan suami istri yang sengaja mengikuti pesta tersebut lantaran si suami senang melihat istrinya bercinta dengan orang lain.

"Dari pelaku yang kami tangkap ada pasangan suami istri yang menyatakan bahwa si suami sangat menikmati kalau tidak melakukan kegiatan dengan pasangan yang lain dan bersama istrinya dia nggak merasa bahagia, dia nggak merasa happy ending," ungkap Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Selatan AKBP Bintoro kepada wartawan di Mapolres Jakarta Selatan, Selasa (12/9/2023).

Istilah 'orgy' seringkali dipahami sebagai aktivitas bercinta dengan banyak orang. Hal ini seringkali dikaitkan dengan risiko penularan penyakit seksual lantaran aktivitas seks mungkin dilakukan dengan beberapa orang, saling bergonta-ganti pasangan.

Menurut pakar seks sekaligus spesialis obstetri dan ginekologi dr Boyke Dian Nugraha, SpOG, orgy adalah bentuk penyimpangan seksual. Orang dengan penyimpangan ini merasa senang jika pasangannya melakukan hubungan seks dengan orang lain.

"Orgy itu adalah pesta sebuah penyimpangan seksual, di mana seseorang mendapatkan kenikmatan seks dengan melakukan seks beramai-ramai. Ada lima atau enam orang, itu bertukar-tukar pasangan," terang dr Boyke kepada detikcom, Rabu (13/9/2023).

"Kadang pria itu senang melihat istrinya berhubungan seks dengan orang lain, dia merasakan sensasi yang berbeda. Dia melihat orang lain menikmati istrinya, itu juga penyimpangan seksual (senang melihat) orang yang kita cinta berhubungan seks dengan orang lain," imbuhnya.

Menurut dr Boyke, pada dasarnya fantasi seks adalah hal yang wajar. Namun dalam kondisi normal, seseorang akan bisa paham bahwa tidak semua fantasi itu harus dipenuhi. Jika bertentangan dengan nilai adat dan budaya, orang tersebut akan mampu menahan diri untuk tidak melakukan fantasinya.

"Seseorang boleh-boleh saja berfantasi, tapi fantasi itu tidak dilakukan. Berfantasi diperkosa beramai-ramai, boleh saja dan biasanya itu dialami orang-orang yang kurang diperhatikan. Tapi nalurinya, nuraninya, masih mengatakan (fantasi) itu tidak mungkin (dilakukan)," beber dr Boyke.

"Fantasi saja is okay, tapi tidak semua fantasi harus dilakukan dan dilaksanakan. Fantasi kalau sudah liar misalnya melakukan hubungan seks misalnya di atas genteng atau di lift. Itu kalau sampai kepergok, di situlah bergunanya dipikirkan dilakukan atau tidak," pungkasnya.

NEXT: Awas malah bikin hubungan makin renggang




(vyp/vyp)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork