Dokter gadungan Susanto tengah mencuri perhatian berkat aksi yang ia lakukan. Pria yang hanya lulusan SMA ini berhasil 'praktik' menjadi dokter selama bertahun-tahun di berbagai fasilitas kesehatan, hanya berbekal ilmu dari internet dan data identitas milik dokter betulan yang ia comot.
Terakhir ia bertugas di Klinik K3 Pertamina EP IV Cepu pada tahun 2020-2022 setelah diterima di Pelindo Husada Citra (PHC). Tipuan Susanto itu akhirnya terbongkar ketika pihak rumah sakit ingin melakukan perpanjangan kontrak dan menemukan ketidaksesuaian hasil foto dengan Sertifikat Tanda Registrasi yang dikirimkan oleh Susanto.
Terungkap bahwa Susanto mencatut identitas dr Anggi Yurikno, seorang dokter di Rumah Sakit Umum Karya Pangalengan Bhakti Sehat Bandung. Lebih mengejutkannya lagi terungkap bahwa Susanto rupanya sudah menjalankan aksinya semenjak tahun 2006 di berbagai fasilitas kesehatan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Diduga Dapat Ilmu Kesehatan dari Internet
Anggota Biro Hukum Pembinaan dan pembelaan Anggota (BHP2A) PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dr Dewa Nyoman Sutayana menyoroti mudahnya mendapatkan informasi dari internet. Ia menuturkan bahwa kemudahan akses informasi tersebut berisiko disalahgunakan untuk orang yang mengaku-ngaku seorang dokter.
"(Informasi kesehatan) sangat banyak dan sangat mudah diakses oleh siapapun. Tinggal mengakses internet, dapatlah sejumlah informasi tentang kesehatan. Tujuannya pasti sangat baik, untuk masyarakat agar lebih waspada. Terutama dalam melakukan penanganan awal sebelum dia ke dokter," ujarnya dalam konferensi pers, Kamis (15/9/2023).
"Tapi di sisi lain, bisa saja informasi ini disalahgunakan oleh orang-orang yang cukup dengan baca artikel, cukup baca poin-poinnya saja kemudian dia menganggap dirinya adalah seorang dokter. Kemudian dia bisa memanfaatkan kesempatan dalam kesempatan untuk masuk ke dalam satu fasilitas," sambungnya.
Pernah Ikut Operasi Caesar
Pada tahun 2008, Susanto sempat berpraktik sebagai dokter kandungan atau obgyn di Kalimantan Selatan. Aksinya mulai terungkap ketika banyak rekan sejawat mulai curiga dengan gelagat Susanto.
"Kasus ini sebenarnya sejak tahun 2006, sempat bekerja di PMI, kemudian di beberapa RS, kemudian pindah dan tidak tahu pindahnya ke mana. Terus mendapat laporan dari IDI Kalimantan, bahwa dokter gadungan ini sebelumnya bekerja menjadi spesialis kandungan, obgyn, yang di mana saat melakukan operasi di ruang operasi terlihat tidak seperti dokter yang lain," jelas Wakil Sekjen PB IDI dr Telogo Wismo dalam kesempatan yang sama.
"Sehingga perawat curiga kemudian perawat menghubungi Direktur dan IDI di Kalimantan tersebut, dari IDI Grobogan juga kemudian baru tahu itu dokter gadungan," sambung dia.
Sempat Dibui 20 Bulan
Dalam suatu waktu, Susanto diharuskan untuk ikut terlibat dalam proses operasi caesar. Namun, petugas lainnya merasa curiga dengan gelagat Susanto yang nampak grogi.
Setelah kejadian tersebut, pihak rumah sakit lantas melaporkan Susanto ke polisi dan sang dokter gadungan juga sebenarnya sudah sempat dihukum penjara.
"Pada saat masuk operasi caesar, dokter Susanto gadungan ini grogi dan salah satu perawatnya mengetahui itu, kemudian melapor ke direktur. Direktur melapor ke polisi. Dari kejadian itu sempat diproses secara hukum dan mendapatkan hukuman 20 bulan," ungkap dr Telogo.
Susanto Melihat Celah
dr Dewa melanjutkan bahwa sebenarnya proses seleksi dokter untuk berpraktik di rumah sakit sudah sangat berlapis-lapis. Namun, dalam kasus Susanto, ada celah yang dimanfaatkan untuk bisa diterima di RS PHC Surabaya.
"Pada dasarnya sistemnya sudah berlapis-lapis, sudah bagus sudah berlapis-lapis. Artinya, tidak mudah untuk seseorang bisa masuk ke dalam suatu fasilitas kesehatan kemudian berpraktik. Disinggung juga oleh dr Adib, ada proses kredensial. Celahnya sempit sebenarnya," beber dr Dewa.
"Ada informasi karena kondisi COVID. Dari yang biasa tatap muka kemudian menjadi daring," ujar dr Dewa.











































