Belakangan, viral di media sosial video seorang wanita hidup di sebuah kamar kos yang amat berantakan. Saat kamarnya dibuka oleh orang yang merekam, barulah ketahuan bahwa di dalam kamar wanita tersebut terdapat banyak sampah menumpuk, kotoran di mana-mana, hingga kasur yang kotor sampai menghitam.
Menanggapi video tersebut, banyak netizen menyinggung kemungkinan adanya 'hoarding disorder' pada wanita tersebut. Seringkali, masyarakat awam memahami kondisi ini sebagai gangguan mental yang membuat orang sering menumpuk sampah dan kotoran di tempat tinggal.
Menurut psikolog klinis Veronica Adesla menjelaskan, hoarding disorder adalah gangguan perilaku menimbun barang. Biasanya, orang dengan kondisi ini secara terus-menerus kesulitan untuk membuang ataupun berpisah dari barang-barang dimilikinya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seringkali, kondisi ini sulit dibedakan dengan kebiasaan malas semata sehingga tempat tinggal menjadi kotor. Namun menurut Veronica, pada kasus hoarding disorder, ada sejumlah pemicu yang bukan hanya sekedar rasa malas. Misalnya, kecenderungan sifat temperamen. Sebab pada banyak kasus, orang dengan hoarding disorder memiliki masa lalu yang penuh dengan rasa stres dan momen traumatis.
"Juga ada juga faktor genetik dan fisiologis. Perilaku menimbun ini bersifat menurun. Lebih dari 50 persen individu yang menimbun melaporkan bahwa mereka memiliki kerabat yang juga melakukan penimbunan," terang Veronica kepada detikcom, Jumat (6/11/2023).
"Studi pada anak kembar menunjukkan bahwa sekitar 50 persen variabilitas dari perilaku menimbun disebabkan oleh faktor genetik dan sisanya disebabkan oleh faktor lingkungan yang tidak dialami oleh mereka bersama-sama," pungkasnya.
Terpisah, psikolog klinis Anastasia Sari Dewi menjelaskan pengidap hoarding disorder cenderung berpikir bahwa barang yang ia timbun suatu saat nanti bisa berguna.
"Biasanya ciri khas dia mengumpulkan sesuatu yang sebenarnya tidak dia butuhkan saat itu, dengan pemikiran suatu saat dia membutuhkannya dan itu memiliki nilai di matanya. Sedangkan, di mata orang lain itu tidak ada nilainya atau dalam tanda kutip barang itu sampah," beber Sari.











































