Sudah sering mendengar bahwa efek vape tak lebih 'enteng' dibandingkan rokok konvensional, bukan? Hal itu tercermin langsung dari insiden yang dialami oleh seorang wanita berusia 26 tahun, yang mengaku hampir meninggal dunia gegara keseringan nge-vape.
Sebelum menjadi pengguna vape, Jodie adalah perokok aktif sejak usianya masih 18 tahun. Dalam dua tahun terakhir, Jodie berhenti merokok dan beralih ke vape. Ia mengira bahwa vape bisa menjadi pilihan yang lebih sehat bila dibandingkan dengan rokok konvensional. Ia mengaku menggunakan vape di mana dan kapan saja setiap hari. Jodie saat itu bahkan tidak berniat sama sekali untuk berhenti.
Jodie mengaku, ia memang amat sering menggunakan vape. Ia bisa membeli vape sekali pakai dua sampai tiga kali seminggu. Alat vape tersebut ia gunakan selama setiap hari.
Hingga pada suatu waktu Jodie tiba-tiba mengalami masalah pernapasan. Lantaran ia kesulitan bernapas sampai tak bisa bergerak dan berjalan, Jodie langsung dilarikan ke RS Bassetlaw.
Dokter yang memeriksa mengatakan bahwa Jodie mengidap pneumonia karena kebiasaan menggunakan vape. Semenjak saat itu, ia merasa takut akan kematian dan tidak dapat bertemu putranya lagi, Dillon yang masih berusia dua tahun.
Jodie lantas memilih untuk stop menggunakan vape sama sekali. Ia juga meminta orang-orang lain untuk berhenti menggunakan vape.
"Saya mulai merokok ketika saya berusia sekitar 18 tahun dan ketika saya hamil anak saya, saya berhenti. Setelah itu, ketika dia lahir, pasangan saya menggunakan vape dan saya hanya berpikir saya akan mencobanya karena sepertinya lebih sehat karena tidak mengandung semua tembakau dan saya sangat menyukainya," ujar Jodie dikutip dari Mirror News, Minggu (8/11/2023).
"Saya ketagihan. Ketika saya menggunakan yang sekali pakai, saya pergi dari membelinya dua hingga tiga kali seminggu hingga setiap hari. Saya menggunakan vape di mana saja dan di mana saja," tambahnya.
(avk/vyp)