Tingkat kesuburan perempuan berusia 15 sampai dengan 49 tahun di Malaysia mencapai titik terendah. Ini merupakan angka terendah dalam lima dekade.
Kepala Statistik Malaysia Mohd Uzir Mahidin mengungkapkan total tingkat kesuburan atau total fertility rate (TFR) pada tahun 2022 turun yaitu 1,6 anak, pada setiap perempuan usia 15-49 tahun. Ini lebih rendah dibandingkan tahun 2021 yakni 1,7 anak.
"Tren penurunan tingkat kesuburan ini menandakan potensi krisis demografi seperti menyusutnya pertumbuhan penduduk, populasi yang menua, serta implikasi ekonomi dan sosial," kata Mahidin dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Free Malaysia Today, Rabu (18/10/2023).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mahidin mengatakan total tingkat kesuburan Malaysia pada tahun 1970 hingga 2012 cukup tinggi yakni 2,1 anak. Namun, kondisi itu menurun di bawah tingkat penggantian sejak tahun 2013.
Dalam penjelasannya, Mahidin mengatakan total tingkat kesuburan tertinggi dicatat oleh etnis Melayu yakni sebesar 2,1 anak untuk setiap perempuan berusia 15-49 tahun pada 2022. Sementara, etnis Tionghoa mencapai 0,8 anak.
Untuk tingkat negara bagian, semua negara bagian di Malaysia mencatat adanya penurunan total tingkat kesuburan yang ada di bawah tingkat penggantian. Tetapi, itu tidak terjadi di wilayah Terengganu (2,9 anak), Kelantan (2,7 anak), dan Pahang (2,1 anak).
Mahidin mengungkapkan tren penurunan angka kesuburan juga dialami beberapa negara lainnya, seperti Amerika (1,7 anak), Australia (1,7 anak), Inggris (1,6 anak), Jepang (1,3 anak), dan Korea Selatan (0,8 anak).
"Tren serupa juga terjadi di negara-negara Asean, seperti Vietnam (1,9 anak), Brunei (1,8 anak), Thailand (1,3 anak) dan Singapura (1,1 anak)," ungkap dia.
"Prancis dan Inggris telah menggunakan 'peningkatan migrasi' sebagai strategi untuk meningkatkan jumlah populasi dan angkatan kerja, dan untuk mengurangi potensi tantangan ekonomi dan demografi yang terkait dengan penurunan tingkat kesuburan," pungkasnya.
(sao/naf)











































