Ia juga mengalami penurunan berat badan secara drastis, bahkan sampai terlihat sangat kurus. Walhasil pria yang kini berusia 21 tahun itu memutuskan ke dokter untuk memeriksakan dirinya. Awalnya, dokter mendiagnosis Hans terkena Hernia lantaran ada benjolan di perut sebelah kirinya.
"Terus coba dicek di USG dan dirujuk lagi ke onkologi baru di situ dia ngeliat 'ini kayaknya bukan bukan hernia deh'. Disuruh lanjut untuk CT Scan dan biopsi," imbuhnya, saat dihubungi detikcom, Senin (23/10/2023).
Pada saat itu, Hans sempat kesulitan untuk menjalani CT Scan dan Biopsi lantaran antriannya yang penuh di sejumlah rumah sakit. Dirinya juga mengaku sulit mengklaim asuransi untuk menjalani perawatan. Hans akhirnya memutuskan ke Singapura untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut.
"Setelah di sana baru di cek dan di PET CT scan hasilnya keluar memang ada benjolan yang abnormal. Dan ternyata enggak cuma di perut bagian kiri doang itu sudah mulai menjalar di perut bagian atas," ucapnya.
"Untungnya masih belum ke dada sih, jadi masih di bagian perut," sambungnya lagi.
Keesokan harinya, Hans langsung menjalani biopsi setelah mengetahui adanya benjolan abnormal di bagian perutnya. Menurutnya, metode ini dilakukan untuk mengetahui perkembangan sel dan menentukan perawatan atau treatment untuk ke depannya.
"Nah, sudah tahu apa terus dokternya bilang kayaknya perlu di kemoterapi. Sebenarnya bisa juga kalau kanker atau tumor langsung diangkat dengan operasi. Cuma dokternya nggak berani jamin, itu bisa jadi operasi besar karena posisinya bener-bener udah banyak banget di tubuh. Dia nggak bisa jamin juga bakal 100 persen sembuh kalau dioperasi karena pasti ada yang ketinggalan gitu," katanya.
"Akhirnya ya mau nggak mau dikemoterapi sih. Waktu kemoterapi pertama itu ada penolakan dari badan. Mungkin badannya kaget ya karena obat keras. Kalau saya, awal-awal proses kemoterapi itu pasti disuntik dulu. Tapi, mungkin beda beda, spesifik sakitnya apa kan pasti beda penanganannya. Cuma kalau saya sendiri itu saya disuntik dulu di bagian tulang sumsum belakang," sambung Hans.
Hans mengatakan seharusnya ia menjalani kemoterapi sebanyak delapan kali. Namun pada kemoterapi keempat, dokter menyebut sel-sel kanker yang ada di tubuhnya sudah tak lagi kelihatan. Karena hal itu, ia hanya menjalani enam kali prosedur kemoterapi untuk memastikan sel kanker tersebut benar-benar 'bersih' dari tubuhnya.
"Sebenarnya setelah kemo ke-6 dokter bilang 'ini udah bener-bener sembuh' terus saya mastiin kan 'dok, ini emang udah sembuh total atau ada kemungkinan balik lagi, relapse'. Ternyata kemungkinan relapse nya di 0,0 sekian persen, jadi dia bilang kemungkinannya sangat sangat kecil. Hampir bisa dibilang sembuh total," ucapnya.
Kini dirinya sudah dinyatakan remisi kanker. Artinya, sudah tak ada lagi sel-sel kanker yang terdeteksi di tubuh pengidapnya. Meski begitu, Hans tetap rutin check-up ke dokter untuk mengetahui kondisi kesehatannya.
"Sekitar 5 tahun sejak aku mengidap itu dan akhirnya sembuh total. Dokternya juga bilang nggak perlu datang lagi ke RS," imbuhnya lagi.
Simak Video "Tentang Harapan dan Kekuatan di Balik Perjuangan Penyintas Kanker Payudara"
(suc/suc)