Meutya Hafid buka-bukaan soal proses program kehamilan yang sempat ia jalani selama bertahun-tahun. Mulai dari tahun 2015 hingga 2020 ia menjalani program bayi tabung karena kesulitan memiliki momongan.
Tidak hanya sekali, Meutya menjalani prosedur bayi tabung sebanyak 10 kali. Sepanjang perjalanan tersebut ia juga sempat tiga kali hamil, namun keguguran.
"Berbagai program hamil yang saya jalani cukup panjang dan beragam yang sudah dilalui, mulai dari pengobatan alternatif sampai pengobatan lainnya bersama suami tidak membuahkan hasil. Pada akhirnya kami memutuskan untuk melakukan jalur medis," ujar Meutya ketika ditemui detikcom di Jakarta Pusat, Jumat (10/11/2023).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah berulang kali selama tujuh tahun menjalani bayi tabung, Meutya akhirnya bisa melahirkan anak pertamanya pada 9 September 2022. Kini anaknya yang diberi nama Lyora sudah berusia satu tahun.
"Alhamdulilah saya berhasil hamil akhirnya pada usia 44 tahun dan dikaruniai putri yang saya beri nama Lyora Shaqueena Ansyah," cerita Meutya.
"Terima kasih untuk suami saya yang membuat kita kuat adalah pasangan kita. Kakak saya juga sangat mendukung saya, karena memang perjuangannya luar biasa berat. Saya yakin yang kini sedang menjalani program bayi tabung juga merasakan," sambungnya lagi.
Meutya buka-bukaan soal penyebab mengapa dirinya sempat sulit memiliki anak. Ketua Komisi I DPR RI ini bercerita bahwa ada banyak ucapan dari publik yang menyoroti aktivitasnya yang padat. Mendengar hal tersebut, Meutya sempat merasa bersalah karena aktivitasnya yang padat dinilai sebagai penyebab utama ia sulit memiliki anak.
Setelah dilakukan pemeriksaan, dokter menemukan bahwa Meutya mengalami tuba falopi yang tertutup. Untuk mengatasi masalah tersebut, ia harus menjalani prosedur pengangkatan tuba falopi.
"Nah, itu kita untuk memutuskan untuk mengangkat tuba itu ada setengah tahun diskusinya karena itu seperti mengatakan, 'Yaudah berarti kamu sudah nggak punya kesempatan untuk hamil normal tanpa bayi tabung.' Karena tubanya sudah nggak ada," jelasnya.
Setelah menjalani proses pengangkatan tuba falopi, Meutya sempat hamil lagi. Namun, ia kembali mengalami keguguran hingga membuatnya kembali bertanya-tanya, apa yang membuatnya kembali gagal memiliki anak. Dokter lantas kembali melakukan pemeriksaan.
"Dokter langsung bilang, 'Mungkin ini karena kromosom.' Aku juga baru tahu. Kenapa saya mau memastikan bahwa itu memang kromosomnya itu karena publik mulai melihat, 'Ya itu Meutya nggak pernah istirahat, itu kerjaannya nggak berhenti'," ceritanya.
Setelah dicek, dokter akhirnya mengonfirmasi bahwa kelainan kromosom merupakan penyebab dirinya sulit hamil. Mendengar hal tersebut, Meutya mengaku justru merasa lega. Menurutnya, berita ini bisa membantah berbagai kabar terkait aktivitas padatnya sebagai penyebab Meutya sulit memiliki anak.
"Jujur agak lega karena bisa menjawab publik bahwa perempuan itu jangan terus disalahkan bahwa kalo gagal itu karena dia, misalnya karena dia nggak mau istirahat atau maunya kerja terus," kata Meutya.
"Dokter saja membolehkan saya aktivitas misal keluar kota atau keluar negeri. Artinya kita yang mengukur diri sendiri asal jangan terlalu capek saja," pungkasnya.











































