Round Up

Fakta-fakta Kutu Busuk Merangkak Naik di Singapura, RI Ikut Waspada!

Sarah Oktaviani Alam - detikHealth
Jumat, 17 Nov 2023 06:00 WIB
Foto: Getty Images/iStockphoto/Dzurag
Jakarta -

Kutu busuk yang semula sempat membuat geger warga Prancis imbas peningkatan kasus yang signifikan, kini dikhawatirkan warga Singapura. Negara tersebut ikut mencatat kasus serangan kutu busuk dalam beberapa waktu terakhir.

Salah satu perusahaan pengendalian serangan hama di Singapura, Aardwolf Pestkare, melaporkan kasus kutu busuk di negara itu meningkat sekitar 40 persen. Bahkan, manajer penjualan Aardwolf Pierce Chan memperkirakan kasusnya meningkat sebesar 20-30 persen di kuartal pertama 2024.

Hal senada juga disampaikan perusahaan lain, Pestbusters, pihaknya mencatat ada peningkatan kasus kutu busuk sebesar 10-15 persen selama enam bulan terakhir. Joachim Lee selaku ahli entomologi di perusahaan tersebut menduga bahwa kasusnya meningkat saat musim liburan.

"Jumlahnya terus meningkat dan saya menduga jumlahnya mungkin masih sedikit meningkat, karena musim liburan sudah dekat," jelas Lee yang dikutip dari Channel News Asia, Kamis (16/11/2023).

Namun, Lee mengingatkan ada hal yang harus diperhatikan dalam penanganan kutu busuk. Terutama di lingkungan anak-anak, orang dengan kulit sensitif, dan lansia tidak disarankan menggunakan pembasmi dengan bahan kimia.

"Untuk mereka yang memiliki anggota keluarga lansia, anak kecil atau bayi atau orang dengan imunodefisiensi atau kulit sensitif di lingkungannya, kami secara tidak akan menggunakan bahan kimia untuk membasmi kutu busuk," kata Lee.

"Itu dapat menimbulkan dampak buruk di kemudian hari. Jadi, kami akan memberikan pembasmian dengan metode panas," sambungnya.

Apa Itu Kutu Busuk?

Kutu busuk merupakan serangga parasit, di Indonesia dikenal dengan nama 'tumbila' atau 'bangsat'. Serangga ini hidup dengan cara meminum darah manusia dan hewan berdarah panas lainnya.

Hama dengan nama lain Cimex lectularius ini berbentuk pipih, berwarna coklat kemerahan, tidak bersayap, dan dapat hidup beberapa bulan tanpa makan darah. Dikutip dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), kutu busuk tidak menyebarkan penyakit, keberadaannya 'hanya' dapat menyebabkan gatal yang bisa mengganggu aktivitas sehari-hari, termasuk saat tidur.

Ahli parasitologi dari Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (FK UGM) Prof Tri Baskoro Tunggul Satoto, MSc, PhD, menjelaskan penyebaran kasus kutu busuk cenderung bersifat sporadis atau tidak merata.

Ia menjelaskan lokasi yang berisiko memiliki kasus kutu busuk adalah tempat tinggal dengan kebersihan kurang baik. Selain itu, hama ini juga bisa menetap di wilayah yang padat, seperti asrama dan hotel.

Meski begitu, Prof Tri menyebut kutu busuk tidak berbahaya pada kesehatan manusia. Namun, itu akan mengganggu dan meninggalkan bekas pada kulit.

"Gigitannya sangat mengganggu karena dapat menimbulkan reaksi alergi berupa ruam kemerahan pada kulit. Hingga saat ini, belum ada laporan bahwa kutu busuk dapat menularkan penyakit tertentu," jelas Prof Tri pada detikcom beberapa waktu lalu.

NEXT: Kemenkes RI Awasi Pintu Masuk




(sao/naf)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork