Suami dari dr Qory, Willy Sulistio (37) telah ditetapkan sebagai tersangka kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Belakangan, kasus ini menggema di jagat maya pasca dr Qory kabur dari rumahnya dan melakukan pelaporan atas tindak kekerasan yang diterimanya.
Menyusul itu, beredar potongan video percakapan dr Qory dengan Willy yang sempat diunggah di YouTube membahas menstruasi. Netizen menyoroti, cara bicara Willy terhadap dr Qory cenderung merendahkan, memberikan kesan bahwa lawan bicaranya 'kurang pintar'.
Padahal, pertanyaan yang dilontarkan Willy dalam video tersebut memang tidak jelas, sehingga tak heran jiwa lawan bicaranya, dalam hal ini yakni dr Qory, tidak bisa langsung menjawab.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tanda Pasangan Manipulatif
Psikolog klinis Anastasia Sari Dewi menjelaskan, pelaku manipulasi terbiasa membolak-balikan fakta atau situasi yang sedang terjadi. Umumnya jika pelaku melakukan kesalahan, pelaku mampu merangkai atau merasionalisasi situasi yang ada sehingga kesannya, yang salah adalah lawan bicaranya.
"Korban (manipulasi) ini justru dibikin merasa bersalah, atau diberikan pemahaman rasionalisasi mengenai sebab-akibat yang membuat pelaku berhak marah, berhak kecewa, berhak untuk mungkin merendahkan atau melakukan tindak kekerasan kepada dirinya. Jadi diputarbalikkan situasi yang ada," terangnya kepada detikcom, Selasa (21/11/2023).
Seringkali, pelaku manipulasi terkesan amat meyakinkan lantaran sudah memiliki 'persiapan' untuk memutarbalikkan situasi di hadapan korban. Tak harus dengan nada keras atau membentak, ungkapan manipulatif juga bisa dilontarkan dengan nada lembut. Tujuannya, membuat korban merasa bersalah.
"Kemudian perasaan pasangannya itu biasanya dia salahkan, dia anggap itu salah, dia anggap itu nggak perlu, berlebihan. Bahkan bisa saja dia malah menuduh korbannya itu yang memiliki gangguan jiwa. Tujuannya supaya korbannya malah ragu akan dirinya, ragu dengan penilaiannya bahwa dia benar itu dibikin ragu," tutur Sari.
"Contoh lain biasanya untuk memvalidasi situasi yang seolah-olah korban itu seringkali melakukan kesalahan atau memiliki banyak kekurangan. Baik yang relevan dengan situasi yang saat itu terjadi, maupun yang tidak. Kadang dia bisa menceritakan juga kronologinya versi dia yang menitikberatkan pada kesalahan korban atau lawan bicaranya," pungkasnya.
(vyp/kna)











































