Potongan video percakapan dr Qory dengan suaminya, Willy Sulistio beredar di linimasa Twitter. Netizen menyoroti, cara bicara Willy dalam video tersebut cenderung merendahkan, memberi kesan seolah dr Qory selaku lawan bicaranya saat itu 'kurang pintar' menjawab pertanyaan. Padahal, memang pertanyaan yang dilontarkan Willy membingungkan dan tak bisa dijawab cepat.
"Dibikin merasa kurang pintar, dibikin nggak punya support system, dijauhi dari teman dan keluarga, dan lain-lain. Dan sedihnya, korban manipulasi gini bisa kena lagi. Bukan karena korban bodoh tapi memang orang manipulatif yang ngincer orang yang rentan buat di-lovebombing lalu ditekan," ungkap seorang netizen di Twitter.
Menurut psikolog klinis Anastasia Sari Dewi, orang manipulatif cenderung membolak-balikan fakta atau situasi yang sebenarnya terjadi. Dalam arti, ketika melakukan kesalahan, pelaku manipulasi akan merangkai atau merasionalisasi situasi yang benar sesuai versinya. Walhasil timbul kesan, yang salah adalah korban atau lawan bicaranya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Biasanya tanda seseorang bersikap manipulatif itu kalau sudah pro ya bisa meyakinkan sekali. Jadi dia sudah mempersiapkan. Karena memang ini karakternya, jadi dia sudah bisa mempersiapkan defense atau rasionalisasi hal-hal apa saja yang bisa digunakan sebagai bentuk menyerang balik lawan bicara atau korbannya," terang Sari kepada detikcom, Selasa (21/11/2023).
Sari menjelaskan, korban manipulasi seringkali dibuat merasa bersalah, juga diberikan pemahaman yang memberi kesan bahwa pelaku manipulasi berhak marah dan kecewa. Walhasil korban berpikir, wajar jika pelaku manipulasi melakukan tindakan kekerasan tertentu terhadap korban, termasuk yang bersifat merendahkan.
Dampaknya, korban manipulasi bisa mengalami kebingungan yang hebat. Terlebih, korban mungkin menjadi ragu akan dirinya sendiri, hingga mengalami krisis kepercayaan diri dan harga diri.
"Ini bisa merusak kepercayaan diri dan harga diri atau konsep diri korbannya. Sehingga dia tidak memiliki keberanian untuk mengambil langkah lain untuk meminta tolong orang lain, atau menjalin hubungan baru dengan orang lain karena demikian dia dibikin ragu atau merasa bersalah, dia direndahkan dianggap seolah-olah dia tidak penting berulang kali," tuturnya.
"Atau perasaan itu adalah hal yang palsu, perasaan yang dia rasakan adalah perasaan yang salah. Ini membuat dia kebingungan tentang apa yang dia mau, apa yang dia harus lakukan," pungkas Sari.
(vyp/suc)











































