Kata Pakar soal Bentol Gigitan Nyamuk Ber-Wolbachia, Betulkah Lebih Berbahaya?

Sarah Oktaviani Alam - detikHealth
Kamis, 23 Nov 2023 16:30 WIB
Foto: Getty Images/iStockphoto/PongMoji
Jakarta -

Nyamuk Wolbachia akhir-akhir ini tengah menjadi sorotan publik. Teknologi nyamuk dengan bakteri Wolbachia ini disebut efektif menurunkan kasus demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia.

Namun, sebagian masyarakat masih khawatir akan efek jika tergigit nyamuk tersebut. Banyak yang takut jika bakteri Wolbachia dari nyamuk nantinya bisa berpindah ke hewan lain atau bahkan manusia.

Menanggapi ini, ilmuwan dari Departemen Biostatistik, Epidemiologi, dan Kesehatan Populasi, Fakultas Kedokteran, kesehatan Masyarakat dan Keperawatan, Universitas Gadjah Mada (FKKMK-UGM), Dr Riris Andono Ahmad, BMedSc, MPH, PhD, menyebut efek gigitan dari nyamuk Wolbachia tidak ada bedanya dengan nyamuk pada umumnya.

"Tidak ada yang berubah dari nyamuknya. Nyamuknya tidak menjadi nyamuk bionik, nyamuk transgenik," jelas dr Riris dalam diskusi daring, Senin (20/11/2023).

"Yang terjadi adalah semacam blocking mekanik, sehingga memang pada akhirnya dampak dari gigitan nyamuk ya sama saja," sambungnya.

dr Riris menjelaskan efek gatal akibat nyamuk dengan bakteri Wolbachia masih sama dengan nyamuk Aedes aegypti umumnya. Hanya saja, nyamuk itu sudah tidak lagi menularkan virus dengue.

Senada dengan dr Riris, peneliti Bakteri Wolbachia dan Demam Berdarah Dengue dari Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan FKKMK UGM, Prof Dr Adi Utarini, M Sc, MPH, PhD, mengungkapkan gigitan nyamuk Wolbachia sama saja dengan gigitan nyamuk pada umumnya. Efeknya bisa bentol atau tidak.

"Saat menggigit manusia, maka efek sampingnya merupakan efek gigitan nyamuknya (bukan bakteri Wolbachia) dan ini bervariasi dari satu orang ke orang lainnya. Ada yang bentol-bentol dan ada yang juga tidak," jelasnya.




(sao/up)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork