Nanie Darham Wafat, Profesor Bedah Plastik Bicara Risiko Fatal Operasi Sedot Lemak

Nanie Darham Wafat, Profesor Bedah Plastik Bicara Risiko Fatal Operasi Sedot Lemak

Nafilah Sri Sagita K - detikHealth
Selasa, 28 Nov 2023 10:40 WIB
Nanie Darham Wafat, Profesor Bedah Plastik Bicara Risiko Fatal Operasi Sedot Lemak
Nanie Darham meninggal. (Foto: Dok. Instagram)
Jakarta -

Meninggalnya artis Nanie Darham baru-baru ini dipertanyakan pihak keluarga, lantaran dinilai janggal. Wanita 37 tahun tersebut mengembuskan napas terakhirnya pasca melakukan operasi sedot lemak di salah satu klinik di Cipete Utara, Jakarta selatan.

Menurut keterangan polisi, yang bersangkutan melakukan operasi tak lama setelah melahirkan. Keluarga menduga ada malpraktik dalam proses operasi sedot lemak tersebut.

"Dari keterangan beberapa saksi bahwa Korban baru selesai melaksanakan persalinan," kata Wakasat Reskrim Polres Metro Jakarta Selatan Kompol Henrikus Yossi, dikutip dari detikNews, Minggu (26/11/2023).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Korban sudah dilakukan autopsi. Kemudian saat ini penyidik masih dalam proses untuk menunggu hasil autopsi tersebut. Saat ini kami juga sudah menerima sejumlah dokumen yang ada kaitannya dengan riwayat operasi tersebut, khususnya yang berkaitan dengan si korban," sambungnya.

Terlepas dari kasus tersebut, dokter bedah plastik Prof David Perdanakusuma menyebut setiap tindakan operasi, sekecil apapun memiliki risiko. Baik dari risiko saat proses pembiusan, prosedur operasi itu sendiri, dan bahan yang dipakai selama tindakan dilakukan.

ADVERTISEMENT

"Perlu disadari ini adalah prosedur operasi atau pembedahan. Risiko selalu ada ya, apakah risiko pembiusannya, apakah risiko prosedur operasinya, atau risiko dari modalitas yang dipakai seperti cairan dipakai, alat dipakai, itu pasti menyertai. Jadi ada risiko efek samping atau komplikasi sekecil apapun," terang dia saat dihubungi detikcom Selasa (28/11/2023).

Prof David juga meminta masyarakat dengan komorbid untuk berhati-hati dalam melakukan proses operasi atau pembedahan seperti bedah lemak. Terutama pengidap jantung hingga hipertensi, sebaiknya menghindari dulu tindakan semacam ini sampai dalam kondisi stabil.

Pasalnya, pasien dengan komorbid berat berisiko tinggi saat menjalani operasi.

"Jadi kita kalau suatu kondisi yang berat dengan riwayat hipertensi dan jantung atau pernapasan, tidak disarankan. Itu dapat membahayakan. Kenapa? Karena di prosedurnya kalau kita mau menyedot lemak dari tubuh, kita memasukkan cairan tumescent, itu berisi lidokain untuk mengurangi rasa sakit dan adrenalin untuk mengurangi darah. Jumlah cairan tumescent itu adalah sama dengan lemak yang akan disedot. Misalnya lemak 2 liter, cairan itu dimasukkan 2 liter sebelumnya ke area yang mau disedot," terang Prof David.

"Cairan itu kan ada adrenalin, itu akan memicu tensi, jadi kalau orang hipertensi dikasih adrenalin tensi akan semakin tinggi. Itu yang harus hati-hati. Selain itu lidokain juga ada batas maksimal jangan sampai mengalami toksikasi intoksikasi lidokain. Dalam jumlah banyak bisa meracuni," sambung dia.

Syarat melakukan prosedur sedot lemak secara aman, yang paling utama adalah memastikan orang tersebut sehat. Dalam batas maksimal pengambilan lemak, tenaga dokter juga mengikuti pedoman secara internasional, tidak melampaui enam persen dari berat badan tubuh.

Jika melampaui batas tersebut, perlu pengamanan dan pendampingan yang cukup.

"Ada yang beberapa yang mungkin agresif sampai 10 persen, tapi dengan pengamanan-pengamanan tertentu ya. Jadi 10 persen BB tubuh. Jadi kalau pasien 70 kg, boleh 7 liter katanya. Cuman jarang dan di Indonesia, biasanya nggak sampai segitu, perlu pengamanan yang cukup ya kalau prosedur nya agresif," pungkasnya.




(naf/naf)

Berita Terkait