Kementerian Kesehatan RI merespons prediksi yang menyebut, Mpox di Indonesia sebetulnya sudah mencapai seribu kasus, menyusul laporan satu pasien meninggal. Menurut Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik dr Siti Nadia Tarmizi, potensi tersebut memang tidak bisa dipungkiri.
Dalam satu tahun, bahkan estimasinya dengan laju penularan Mpox saat ini, sudah mencapai lebih dari 3 ribu kasus. Fenomena semacam ini terjadi saat infeksi atau penyakit menyebar di kelompok berisiko.
"Sama saja seperti penyakit HIV, selalu ada fenomena gunung es," terang dr Nadia saat ditemui detikcom di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (28/11/2023).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal yang terpenting menurutnya adalah terus mengedukasi masyarakat terkait risiko penularan terutama saat kontak dengan pasangan selama berhubungan intim. Pasalnya, sejauh ini penularan dilaporkan melalui aktivitas seksual.
"Kalau Mpox ini kan kita lihat, pola penyakitnya pada kelompok berisiko, orang yang seks berisiko, gonta-ganti pasangan, LSL, dan sampai saat ini belum ditemukan pada perempuan," sambung dr Nadia.
Pemerintah baru mengidentifikasi 59 kasus Mpox sejauh ini, di luar kasus meninggal, ada satu pasien yang bergejala berat yakni mengeluhkan sesak napas. Namun, kondisinya dilaporkan terus berangsur membaik.
dr Nadia menekankan Kemenkes RI sudah melakukan upaya surveilans dengan ketat, contact tracing. Dari hasil tracing kasus positif, nyaris selalu didapatkan satu sampai dua kasus yang juga tertular.
Meski begitu, dr Nadia meminta masyarakat untuk tidak panik lantaran presentase kesembuhan juga dilaporkan relatif tinggi, melampaui 50 persen. Jika dibandingkan dengan COVID-19, jauh lebih rendah.
"Kita tidak perlu khawatir karena ini penyakit bukan seperti COVID-19, kecepatan penularannya COVID-19 tinggi sekali, dalam satu hari bisa 4 ribu," terang dr Nadia.
(naf/naf)











































