Sebagian orang selama ini masih belum mengetahui istilah HIV dan AIDS pada dasarnya berbeda. Meski keduanya berbeda, penyebab dan penularan infeksi HIV dan AIDS pun sama. Agar tidak salah kaprah lagi, kenali perbedaan keduanya.
Perbedaan HIV dengan AIDS
HIV
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang merusak sistem kekebalan tubuh dengan menginfeksi dan menghancurkan sel CD4. Semakin banyak sel CD4 yang hancur imbas virus tersebut, daya tahan tubuh akan semakin melemah hingga rentan terserang berbagai penyakit.
AIDS
Sementara Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) AIDS merupakan tahap lanjut dari infeksi HIV apabila kondisi tersebut tak cepat mendapatkan penanganan medis. AIDS adalah suatu sindrom atau kumpulan gejala yang disebabkan oleh kelemahan sistem kekebalan tubuh. Infeksi yang seharusnya ringan bagi individu yang sehat dapat menjadi fatal bagi pengidap AIDS.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sampai saat ini masih belum ada pengobatan yang dapat menyembuhkan HIV maupun AIDS. Namun, terdapat pengobatan HIV atau terapi yang digunakan untuk mendukung sistem kekebalan tubuh, sehingga pengidapnya dapat hidup normal dan sehat, serta mencegah HIV berkembang menjadi AIDS.
Dikutip dari Kemenkes RI, penularan HIV terjadi melalui kontak dengan cairan tubuh pengidap, seperti darah, sperma, cairan vagina, cairan anus, serta air susu ibu (ASI). Perlu diketahui, HIV tidak menular melalui udara, air, keringat, air mata, air liur, gigitan nyamuk, atau sentuhan fisik.
Gejala HIV
Gejala HIV dapat bervariasi dari orang ke orang, dan mungkin tak selalu terlihat. Penting untuk mengenali tanda-tanda awal infeksi HIV agar segera mendapatkan perawatan yang tepat. Beberapa tanda gejala HIV yang umum muncul pada tahap awal adalah:
- Sariawan
- Sakit kepala
- Kelelahan
- Radang tenggorokan
- Hilang nafsu makan
- Nyeri otot
- Ruam
- Pembengkakan kelenjar getah bening
- Berkeringat di malam hari
Gejala AIDS
Gejala AIDS meliputi infeksi serius, antara lain:
- Diare yang berlangsung lebih dari 1 minggu
- Mual dan muntah
- Keringat dingin pada malam hari
- Demam
- Batuk kering
- Masalah kulit dan mulut, seperti infeksi jamur
- Infeksi berulang dan sering
- Rentan terkena penyakit serius
- Kelemahan dan kelelahan yang berlebihan
- Penurunan berat badan
- Pembengkakan kelenjar getah bening pada leher, ketiak, atau selangkangan yang berlangsung lama
- Luka sariawan pada mulut, anus, atau area kelamin
- Infeksi paru-paru (pneumonia)
- Gangguan memori atau kelainan saraf lainnya
- Depresi, kebingungan, dan perubahan kepribadian
- Munculnya bercak-bercak pada mulut, hidung, atau kelopak mata dengan berbagai warna, seperti kemerahan, merah jambu, ungu, atau cokelat
Fase Perjalanan HIV Menuju AIDS
Dalam perjalanan infeksi HIV, terdapat beberapa tahapan yang perlu diwaspadai agar dapat mengambil tindakan yang tepat.
Tahapan-tahapan ini membantu dalam pemahaman lebih lanjut tentang bagaimana virus HIV berkembang dalam tubuh dan dampaknya terhadap kesehatan manusia.
Fase I (Periode Jendela)
- Meskipun tubuh telah terinfeksi HIV, pemeriksaan darah belum ditemukan antibodi anti-HIV.
- Pada periode ini seseorang yang terinfeksi HIV dapat menularkan pada orang lain (sangat infeksius), ditandai dengan viral load HIV sangat tinggi dan limfosit T CD4 menurun tajam. 'Flu-like syndrome' terjadi akibat serokonversi dalam darah, saat replikasi virus terjadi sangat hebat pada infeksi primer HIV.
- Fase ini biasanya berlangsung sekitar dua minggu sampai tiga bulan sejak infeksi awal.
Fase II (Masa Laten)
- Fase ini bisa disertai gejala ringan atau bahkan tanpa gejala (asimtomatik).
- Viral load menurun dan relatif stabil, namun CD4 berangsur-angsur menurun.
- Tes darah antibodi terhadap HIV menunjukkan hasil reaktif, walaupun gejala penyakit belum timbul.
- Pada fase ini, orang dengan HIV tetap dapat menularkan HIV kepada orang lain.
- Masa tanpa gejala rata-rata berlangsung selama 2-3 tahun, sedangkan masa dengan gejala ringan bisa berlangsung hingga 5-8 tahun.
Fase III (Masa AIDS)
- Fase terminal infeksi HIV, kekebalan tubuh telah menurun drastis, nilai viral load semakin tinggi, dan CD4 sangat rendah sehingga mengakibatkan timbulnya berbagai infeksi oportunistik.
- Tuberkulosis (TBC), herpes zoster (HZV), oral hairy cell leukoplakia (OHL), kandidiasis oral, Pneumocystic jirovecii pneumonia (PCP), infeksi cytomegalovirus (CMV), papular pruritic eruption (PPE) dan Mycobacterium avium complex (MAC).
- Perkembangan dari infeksi HIV menjadi AIDS ditentukan oleh jenis, virulensi virus, dan faktor host (daya tahan tubuh). Ada tiga jenis infeksi HIV, yaitu: rapid progressor, berlangsung 2-5 tahun; average progressor, berlangsung 7-15 tahun; dan slow progressor, lebih dari 15 tahun setelah infeksi menjadi AIDS.
- Mengenali HIV dan AIDS serta tanda-tanda gejala HIV adalah langkah penting dalam menjaga kesehatan diri dan orang lain. Jika merasa berisiko atau mengalami gejala yang mencurigakan, segera periksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan pemeriksaan dan perawatan yang tepat.
(suc/kna)











































