Ciri-ciri HIV atau Human Immunodeficiency Virus penting diketahui. Pasalnya, ciri-ciri atau gejala HIV pada tahap awal jarang disadari lantaran mirip gejala penyakit lainnya, bahkan seperti flu biasa.
HIV sendiri adalah virus yang merusak sistem kekebalan tubuh dengan menginfeksi dan menghancurkan sel CD4. Semakin banyak sel CD4 yang hancur imbas virus tersebut, daya tahan tubuh pun akan semakin melemah hingga rentan terserang berbagai penyakit.
Apabila tak kunjung mendapatkan perawatan medis, HIV dapat berkembang menjadi Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) yakni suatu sindrom atau kumpulan gejala yang disebabkan oleh kelemahan sistem kekebalan tubuh. Infeksi yang seharusnya ringan bagi individu yang sehat dapat menjadi fatal bagi pengidap AIDS.
Adapun penularan HIV terjadi melalui kontak dengan cairan tubuh pengidap, seperti darah sperma, carian vagina, cairan anus, serta air susu ibu (ASI).
Ciri-ciri HIV
Sebelum mengetahui ciri-ciri HIV-AIDS, penting untuk memahami bahwa HIV yang tak diobati dapat berkembang menjadi tiga tahap. Di antaranya
- Infeksi akut
- Periode tanpa gejala (latensi klinis)
- Infeksi lanjut (AIDS)
Tahap 1 Infeksi Akut
HIV dapat dianggap sebagai tahap awal atau tahapan seseorang saat pertama kali tertular virus. Biasanya akan berlangsung sampai tubuh membuat antibodi terhadap virus.
Di antara 66 dan 80 persen pengidap di tahap 1 umumnya akan mengalami gejala seperti flu dalam waktu 2 hingga 4 minggu setelah penularan.
Menurut praktisi perawat doktoral Emily Rymland, spesialis HIV bersertifikat AAHIVS sekaligus manajer pengembangan klinis di Nurx, gejala mirip flu ini dapat mencakup:
- Demam
- Kelenjar bengkak
- Kelelahan
- Ruam tubuh
- Sakit tenggorokan
- Nyeri sendi
- Diare
- Sakit kepala
Adapun gejala lainnya, seperti:
Sariawan di mulut
- Luka di alat kelamin
- Nyeri otot
- Mual
- Muntah
- Keringat malam
"Alasan HIV menyebabkan nyeri sendi dan otot adalah karena infeksi menyebabkan peradangan di tubuh," kata Rymland.
Gejala HIV umumnya dapat berlangsung beberapa hari hingga beberapa minggu. Namun, ada juga yang tidak mengalami gejala.
"Adalah umum bagi seseorang untuk tidak mengalami gejala yang akan membuat mereka mempertanyakan apakah mereka telah terpapar HIV atau tidak," jelas Rymland.
Tahapan Tanpa Gejala (Latensi Klinis)
Tahapan ini dikenal juga sebagai tahap latensi klinis atau kurangnya gejala. Selama tahap ini, virus HIV akan berkembang biak di dalam tubuh dan mulai melemahkan sistem kekebalan.
Seseorang yang terinfeksi HIV pada tahap ini mungkin merasa sehat dan terlihat baik-baik saja. Begitu juga mereka dengan mudah bisa menularkan virus ke orang lain.
Gejala AIDS
Tahap HIV yang lebih lanjut adalah AIDS. Gejalanya, seperti:
- Diare yang berlangsung lebih dari 1 minggu
- Mual dan muntah
- Keringat dingin pada malam hari
- Demam
- Batuk kering
- Masalah kulit dan mulut, seperti infeksi jamur
- Infeksi berulang dan sering
- Rentan terkena penyakit serius
- Kelemahan dan kelelahan yang berlebihan
- Penurunan berat badan
- Pembengkakan kelenjar getah bening pada leher, ketiak, atau selangkangan yang berlangsung lama
- Luka sariawan pada mulut, anus, atau area kelamin
- Infeksi paru-paru (pneumonia)
- Gangguan memori atau kelainan saraf lainnya
- Depresi, kebingungan, dan perubahan kepribadian
- Munculnya bercak-bercak pada mulut, hidung, atau kelopak mata dengan berbagai warna, seperti kemerahan, merah jambu, ungu, atau cokelat
"Ketika jumlah CD4 seseorang turun di bawah 200, saat itulah seseorang menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik seperti pneumocystis pneumonia," kata Rymland.
Jadi, untuk mengetahui ciri-ciri HIV-AIDS umumnya harus dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu. Ini bertujuan untuk mendeteksi tahapan virus tersebut berkembang di dalam tubuh.
Simak Video "Video: Kata Kemenkes soal Tantangan Pemberian Obat ARV Bagi Remaja Terpapar HIV"
(suc/kna)