COVID-19 Singapura Ngegas 2 Kali Lipat, Ada Varian Baru? Ini Temuannya

Averus Kautsar - detikHealth
Minggu, 03 Des 2023 18:43 WIB
Ilustrasi Singapura. (Foto: Getty Images/Chris McGrath)
Jakarta -

Kementerian Kesehatan Singapura melaporkan adanya peningkatan kasus COVID-19 secara signifikan dalam waktu sepekan. Lonjakan kasus tercatat dua kali lipat dibandingkan dengan pekan lalu sebelum periode 19-25 November 2023.

Pihak Kemenkes Singapura menuturkan ada setidaknya 22.094 kasus COVID-19 pada pekan ini. Sedangkan pada pekan sebelumnya, jumlah kasus COVID berada di angka 10.726 orang.

Peningkatan infeksi diduga disebabkan beberapa faktor. Mulai dari musim perjalanan di akhir tahun yang meningkat hingga berkurangnya kekebalan imunitas penduduk. Kemenkes menemukan varian EG.5 atau Eris dan sub-garis keturunannya HK.3 tetap menjadi subvarian utama di Singapura.

Data menunjukkan bahwa varian tersebut terdeteksi di 70 persen lebih kasus yang ditemukan.

"Saat ini, tidak ada indikasi bahwa subvarian utama lebih mudah menular atau menyebabkan penyakit lebih parah dibandingkan varian lain yang beredar," kata otoritas kesehatan setempat dikutip dari CNA, Minggu (2/12/2023).

Menyoal Varian EG.5

COVID varian Eris dan sub-garis keturunannya HK.3 dilaporkan menjadi 'biang kerok' peningkatan kasus sebanyak dua kali lipat di Singapura. Varian ini dikenal dapat menyebar dengan lebih cepat bila dibandingkan dengan varian lain. Namun, gejala yang ditimbulkan dari varian ini tidak lebih parah dari varian yang sudah ada.

Varian EG.5 pertama kali muncul pada Februari 2023 dan merupakan cabang dari XBB subvarian omicron. Beberapa waktu lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sempat menjadikan varian ini sebagai Variant of Interest.

"Berdasarkan fitur genetiknya, karakteristik lolos dari kekebalan, dan perkiraan tingkat pertumbuhan, EG.5 dapat menyebar secara global dan berkontribusi pada lonjakan insiden kasus," ucap pihak WHO.

Dikutip dari Insider, pakar penyakit menular yang merupakan profesor emeritus di University of California di Berkeley's School of Public Health, John Swartzberg menjelaskan gejala varian Eris mirip dengan varian lainnya. Gejala yang ditimbulkan antara lain:

  • Hilangnya indera perasa dan penciuman
  • Batuk-batuk.
  • Mengalami demam.
  • Menggigil.
  • Mengalami sesak napas.
  • Rasa kelelahan.
  • Muncul nyeri di tubuh.
  • Sakit kepala.

Walaupun gejalanya cenderung lemah, varian ini tetap bisa berbahaya pada kelompok rentan misalnya pada lansia berusia 65 tahun ke atas. Lansia dengan sistem kekebalan tubuh lemah berisiko lebih tinggi mengakibatkan penyakit parah.



Simak Video "Video Pernyataan Kemenkes Singapura Terkait Lonjakan Kasus Covid-19"

(avk/naf)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork