Susul Singapura, Malaysia Ikut Catat Kenaikan COVID-19 Sampai Lebih 50 Persen

Round Up

Susul Singapura, Malaysia Ikut Catat Kenaikan COVID-19 Sampai Lebih 50 Persen

Sarah Oktaviani Alam - detikHealth
Selasa, 05 Des 2023 06:21 WIB
Susul Singapura, Malaysia Ikut Catat Kenaikan COVID-19 Sampai Lebih 50 Persen
Kondisi Corona di Malaysia. (Foto: AP/Vincent Thian)
Jakarta -

Setelah Singapura, Malaysia juga melaporkan kenaikan kasus COVID-19 yang signifikan. Namun, angkanya masih jauh lebih rendah dari laporan Singapura. Dalam periode 19 hingga 25 November tercatat sebanyak 3.626 kasus, meningkat dari periode 12 hingga 18 November yakni 2.305 pasien.

Direktur Jenderal Kesehatan Dr Muhammad Radzi Abu Hassan mengatakan kasus baru COVID-19 di Malaysia pada minggu lalu meningkat dari 2.305 menjadi 3.636 kasus.

"Kasus mingguan yang terdeteksi telah melampaui 1.000 setiap minggunya sejak pekan lalu, dengan tingkat peningkatan antara 7,1 persen hingga 57,3 persen," tutur Dr Radzi, dikutip dari media lokal Malaysia, The Star, Senin (4/12/2023).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Telah dilaporkan delapan klaster aktif COVID-19 dengan total 121 kasus," sambungnya.

Dalam laporan terbarunya untuk pekan yang berakhir 25 November, Dr Radzi mengatakan 48 persen kasus terjadi pada individu berusia antara 20 dan 40 tahun. Sekitar 98 persen dari kasus tersebut hanya mengalami gejala ringan.

ADVERTISEMENT

Mayoritas Terjadi di Klaster Pendidikan

Dr Radzi mengungkapkan jumlah kumulatif klaster yang dilaporkan hingga saat ini ada 7.248 klaster. Mayoritas adalah klaster di sektor pendidikan.

Ia menambahkan, tingkat perawatan pasien COVID-19 ke fasilitas kesehatan meningkat menjadi 2,9 persen per 100.000 penduduk pada Juli. Sedangkan pada Juni, tingkat perawatan hanya mencapai 2 persen.

"Angka ini sudah termasuk kasus suspek dan infeksi terkonfirmasi," katanya.

NEXT: Dugaan Pemicu Kasus COVID-19 di Malaysia Naik

Dugaan Pemicu Kasus COVID-19 'Ngegas' di Malaysia

Kenaikan kasus yang terjadi belakangan ini dikaitkan dengan laporan pemerintah soal adanya empat varian Omicron baru yang teridentifikasi. Dikutip dari Free Malaysia Today, semuanya diklasifikasikan sebagai variant of concern (VoC).

Radzi mengatakan dua kasus varian Omicron baru, BA.2.86, telah dilaporkan setelah pemeriksaan gejala di klinik kesehatan. Meski diduga memicu peningkatan kasus, infeksi yang dikeluhkan bukan merupakan gejala berat.

"Kasus kumulatif yang terinfeksi virus SARS-CoV-2 yang dikategorikan VOC dan varian of interest (VOI) sebanyak 28.102 kasus."

"Namun, tidak ada perubahan klinis dan tingkat keparahan yang diakibatkannya," tutur Radzi.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah melaporkan peningkatan varian Omicron baru, dengan BA.2.86 pertama kali dilaporkan pada 24 Juli. Varian ini juga yang mendominasi kasus di Malaysia.

"Kasus-kasus tersebut terdeteksi melalui skrining gejala dan tidak memiliki riwayat pergi ke luar negeri dalam waktu 14 hari setelah gejala muncul."

"Mereka telah dirawat sebagai pasien rawat jalan dan kondisinya stabil. Meski terjadi peningkatan kasus COVID-19, situasi terkendali. Kementerian akan terus memantau situasi dan variannya." sorotnya.

Meski terjadi peningkatan kasus, Radzi memastikan bahwa situasi dan fasilitas kesehatan di Malaysia masih terkendali. Namun, ia mengimbau agar masyarakat dan layanan kesehatan tetap waspada.

"Mengingat peningkatan kasus COVID-19, petugas kesehatan di fasilitas kesehatan pemerintah dan swasta diimbau untuk tetap waspada dan memiliki 'indeks kecurigaan yang tinggi' terhadap pasien dengan gejala pernapasan akut, terutama yang berasal dari kelompok risiko tinggi," pungkasnya.

Halaman 3 dari 2


Simak Video "Video: Sembuh dari Covid Bukan Berarti Aman"
[Gambas:Video 20detik]
(sao/vyp)

Berita Terkait