Hingga saat ini persoalan stunting masih menjadi tantangan masyarakat Indonesia. Angka stunting di Indonesia menurut survei status gizi nasional (SSGI) tahun 2022 berada di angka 21,6 persen. Pemerintah menargetkan angka stunting Indonesia di tahun 2024 turun menjadi 14 persen.
Menteri Kooordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Indonesia Muhadjir Effendy berharap bahwa angka stunting di Indonesia pada akhir tahun ini bisa mencapai 18 persen. Dengan begitu, target 14 persen di tahun depan bisa dicapai dengan lebih mudah.
"Mudah-mudahan tahun ini bisa di bawah 18 persen, kalau bisa di bawah 18 persen tahun depan tinggal diturunkan kurang lebih 3,5 persen, kalau itu bisa 14 persen itu bisa terpenuhi," ucap Muhadjir ketika ditemui detikcom di Kantor BKKBN, Jakarta Timur, Selasa (12/12/2023).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Muhadjir mengatakan ada berbagai faktor yang dapat mempengaruhi kasus stunting di Indonesia. Selain persoalan gizi, ia juga menyoroti masalah sanitasi yang menjadi salah satu pemicu stunting. Ia mencontohkan salah satu temuannya di Pulau Komodo.
"Saya berkunjung ke Pulau Komodo itu ada desa yang angka stuntingnya walaupun dekat dengan sumber ikan laut yang banyak tapi ternyata masih tinggi stunting-nya. Setelah ditelusuri ternyata di sana dari 600 lebih kepala keluarga itu 84 tidak punya jamban," kata Muhadjir.
"Artinya stunting itu tidak hanya soal gizi tapi soal kebersihan lingkungan sanitasi, kesediaan air bersih, dan seterusnya. Ini juga menjadi salah satu bentuk intervensi sensitif (tidak langsung) stunting," sambungnya.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) RI Hasto Wardoyo menjelaskan bahwa sanitasi buruk dan buang air besar sembarangan bisa menjadi salah satu pemicu stunting. Bakteri E coli yang ada di feses dapat menyebabkan diare dan membuat anak lebih berisiko mengalami gangguan pertumbuhan.
"Kalau buang air sembarangan feses manusia itu mengandung bakteri E coli. Bakteri ini sebenarnya ada di usus, tapi kalau dibiarkan sembarangan, di bawa lalat kemudian hinggap di nasi dan dimakan, E coli yang masuk ke dalam lambung dapat menyebabkan diare. Itu termasuk dalam jamban kurang sehat," pungkas Hasto.
(avk/kna)











































