Bersamaan dengan Indonesia dan Malaysia, Singapura juga kini diterpa kenaikan kasus COVID-19. Menteri Kesehatan Singapura Ong Ye Kung menyebut, saat ini negaranya dapat bertahan di tengah 'lonjakan' COVID-19 sembari masyarakatnya diminta terus melakukan vaksinasi.
Singapura melaporkan peningkatan infeksi COVID-19 beberapa minggu terakhir. Kementerian Kesehatan melaporkan, Ttrcatat pada minggu 26 November hingga 2 Desember, perkiraan jumlah infeksi meningkat menjadi 32.035, dibandingkan dengan 22.094 kasus pada minggu sebelumnya.
Rata-rata rawat inap harian dan rawat inap di ICU juga meningkat. Namun Kementerian Kesehatan menyebut, jumlahnya tidak setinggi semasa pandemi COVID-19. Ong melaporkan, saat ini terdapat 560 pasien rawat inap dan kurang dari 10 orang di unit perawatan intensif (ICU) kasus COVID-19.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun perihal prediksi puncak kasus COVID-19, Ong menyebut, sulit untuk memastikannya dengan situasi saat ini.
"Secara keseluruhan, saya pikir kita masih bisa menahannya. Kita telah melewati pandemi selama tiga tahun, dengan segala macam, tindakan pengelolaan yang aman," ungkapnya dikutip dari Channel News Asia, Kamis (14/12/2023).
"Kembali (menerapkan sistem respons wabah penyakit) akan menjadi hal terakhir yang ada dalam pikiran kami dan juga hal terakhir yang ada dalam pikiran masyarakat Singapura. Tetapi mengingat beban perawatan kesehatan yang kita pikul, saya pikir kita dapat menanggungnya dengan cukup lancar," imbuhnya.
Seiring kasus COVID-19 yang meningkat kini, Ong menyebut, Singapura juga waswas perihal penyebaran penyakit pernapasan lainnya seperti influenza dan virus pernapasan syncytial (RSV). Ditegaskannya, masyarakat Singapura harus terus menerima vaksin setahun sekali, terutama untuk warga lanjut usia di atas 60 tahun dan mereka yang memiliki penyakit kronis.
(vyp/vyp)











































