Bukan Demam, Sederet Keluhan Ini Jadi Gejala Terbanyak COVID-19 Varian JN.1

Nafilah Sri Sagita K - detikHealth
Jumat, 05 Jan 2024 05:00 WIB
Ilustrasi COVID-19. (Foto: Getty Images/loops7)
Jakarta -

Tren kasus COVID-19 di Indonesia masih merangkak naik, per Rabu (3/1/2023) bertambah 404 kasus baru, dengan pasien sembuh lebih dari setengahnya. Para periode yang sama, empat kematian baru COVID-19 dilaporkan. Total kasus aktif atau pasien yang membutuhkan perawatan baik isolasi mandiri maupun di rumah sakit masih melampaui dua ribu orang.

Kementerian Kesehatan RI beberapa waktu lalu mengonfirmasi temuan kasus COVID-19 varian JN.1, sublineage dari Omicron BA.2.86 ini diyakini sudah mulai dominan di sejumlah wilayah Indonesia. Laporan ini tidak jauh berbeda dengan banyak negara lain yang kembali mencatat lonjakan kasus COVID-19 imbas varian JN.1.

Ahli epidemiologi Dicky Budiman dari Universitas Griffith Australia meminta masyarakat mewaspadai gejala COVID-19 hidung berair. Seperti yang terjadi di Eropa, keluhan ini banyak ditemukan saat varian JN.1 dominan.

Tidak seperti varian terdahulu, jarang sekali pasien COVID-19 yang saat ini mengeluhkan demam atau anosmia alias kehilangan kemampuan sementara untuk mencium dan merasa.

"Berikut ini saya update terkait subvarian JN.1 COVID-19, berdasarkan data yang diambil dari kasus-kasus terkini pasien COVID-19 terinfeksi JN.1 di Eropa khususnya Inggris. Keluhan atau gejala yang dominan adalah hidung berair atau beringus," kata Dicky kepada detikcom, Rabu (3/1/2023).

"Demam saat ini sangat jarang dirasakan sebagian besar pasien, apalagi hilang penciuman itu sudah sangat jarang, di bawah 3 persen."

Dicky menyinggung gejala COVID-19 lain yang banyak ditemukan adalah batuk dengan jangka waktu yang relatif lama, nyeri kepala, kelelahan, nyeri menelan, sampai sulit tidur.

Menurutnya, hal ini menjadi pertanda evolusi COVID-19 membuat gejalanya berada di tahap sedang ke ringan. Hal yang masih perlu menjadi kewaspadaan bersama adalah long COVID, efek jangka panjang pasca sembuh dari SARS-CoV-2.

"Ini menandakan bahwa evolusi infeksi COVID-19 ini memang sudah mengarah ke menengah-ringan untuk stadium akutnya. Namun, di sisi lain dalam konteks long COVID ini semakin menguat pada orang yang memiliki masalah imunitas," beber dia.




(naf/kna)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork