Istilah erotomania baru-baru ini viral di media sosial. Kondisi ini ternyata berkaitan dengan gangguan mental yakni delusi, ketika merasa orang lain jatuh cinta kepadanya meski tak ada bukti.
Dikutip dari Medical News Today, objek khayalan cinta pada orang yang mengidap erotomania seringkali selebriti atau orang dengan status sosial yang lebih tinggi.
Psikiater Timothy J Legg menjelaskan ketika seseorang mengidap erotomania, mereka mungkin percaya bahwa orang tersebut berkomunikasi dengan mereka dan menegaskan cinta mereka, menggunakan pesan rahasia. Erotomania sendiri merupakan bentuk delusi paranoid yang jarang terjadi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Khayalan ini berkembang dan bertahan meskipun ada bukti nyata yang menyatakan sebaliknya. Kondisi ini jarang terjadi, dan erotomania lebih sering menyerang wanita dibandingkan pria," katanya.
Penyebab Erotomania
Erotomania bisa jadi merupakan gejala penyakit kejiwaan, termasuk skizofrenia, gangguan skizoafektif, gangguan depresi mayor dengan ciri psikotik, gangguan bipolar, atau penyakit Alzheimer.
Erotomania adalah salah satu jenis gangguan delusi. Jenis lainnya termasuk delusi penganiayaan, kemegahan, atau kecemburuan.
Ketika mengidap gangguan delusi, seseorang mungkin tidak memproses isyarat sosial dengan cara yang benar. Dia mungkin salah membaca wajah atau bahasa tubuh seseorang atau mengira mereka sedang menggoda, padahal sebenarnya tidak.
Ide ini bisa berkembang seiring berjalannya waktu, terutama jika menghabiskan banyak waktu sendirian.
Laporan kasus menunjukkan bahwa media sosial dapat memperburuk atau bahkan memicu keyakinan delusi yang terkait dengan erotomania. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa delusi dapat berkembang sebagai cara untuk mengelola stres atau trauma ekstrem. Genetik juga dapat berkontribusi pada perkembangan gangguan delusi.
Ciri-ciri Erotomania
Gejala utama erotomania adalah keyakinan seseorang yang tegas dan delusi bahwa orang lain jatuh cinta padanya.
Perilaku yang terkait dengan erotomania mencakup upaya terus-menerus untuk melakukan kontak melalui penguntitan, komunikasi tertulis, dan perilaku pelecehan lainnya. Pengidap erotomania dapat menimbulkan ancaman terhadap objek kasih sayang mereka. Hal ini sering diremehkan sebagai faktor risiko saat menilai kondisinya.
(kna/suc)











































