Sederet Kisah Ngeri Keluarga yang Alami Cacat Genetik Akibat Inses

Sederet Kisah Ngeri Keluarga yang Alami Cacat Genetik Akibat Inses

Averus Kautsar - detikHealth
Jumat, 12 Jan 2024 06:00 WIB
Sederet Kisah Ngeri Keluarga yang Alami Cacat Genetik Akibat Inses
Ilustrasi. (Foto: Getty Images/iStockphoto/brazzo)
Jakarta -

Inses merupakan hubungan seksual sedarah yang kerap mengundang kontroversi. Jenis hubungan ini hampir dilarang di seluruh dunia. Selain tidak sesuai norma yang berlaku di masyarakat, hubungan inses juga disebut dapat memberikan efek kesehatan yang berbahaya.

Pelaku hubungan inses dapat melahirkan seorang anak yang memiliki kelainan secara fisik, mental, hingga penyakit genetik lainnya. Para ilmuwan dari University of Queensland Australia mengungkapkan sederet masalah yang dapat terjadi pada pelaku inses.

Perkawinan inses sangat berisiko melahirkan anak yang cacat lantaran anak tersebut akan menerima satu salinan gen dari setiap orang tua. Ada banyak kasus inses yang muncul dan menghebohkan publik. Berikut ini adalah beberapa di antaranya:

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Keluarga Fugate Berkulit Biru

Keluarga Fugate tinggal di sebuah pedesaan di Kentucky, Amerika Serikat lantaran memiliki kondisi yang sangat langka, yaitu memiliki kulit berwarna biru. Kisah dipublikasikan pertama kali pada 1982 oleh Cathy Trost dari Universitas Indiana dalam majalah Science 82.

Tak hanya sampai di situ, kondisi keluarga ini juga makin diperparah dengan sejarah perkawinan sedarah yang dilakukan oleh keluarga tersebut selama beberapa generasi.

ADVERTISEMENT

Pria pertama di keluarga tersebut bernama Martin Fugate membawa gen methemoglobinemia yang membuat kulitnya berwarna biru. Ia menikah dengan seorang wanita yang sebenarnya bukan kerabat, namun juga membawa gen yang serupa. Setelah menikah, keduanya memiliki tujuh anak berkulit biru.

Gen methemoglobinemia sebenar bersifat resesif atau tidak mempengaruhi generasi mendatang. Namun, kondisi ini dapat berlanjut akibat pernikahan sedarah. Karena kondisi tersebut, keluarga ini terisolasi dan akhirnya melakukan inses.

Keluarga Fugate kini tak lagi hidup dalam isolasi. Kondisi ini membuat gen 'kulit biru' hanya muncul sesekali pada cucu atau cicit keluarga tersebut.

Suku Vadoma Afrika

Suku Vadoma yang memiliki 'tradisi' inses tinggal di wilayah Kayemba utara, Zimbabwe. Kondisi ini membuat sebagian besar anggota suku vadoma mengalami kondisi di mana kaki mereka menyerupai kaki burung unta.

Mereka kehilangan tiga jari kaki bagian tengah mereka dan hanya memiliki dua jari kaki bagian luar, yang kemudian berubah bengkok. Walaupun begitu, warga Vadoma tidak menganggap hal itu sebagai keanehan. Mereka memanfaatkan kondisi tersebut untuk berburu dan memanjat pohon.

Kelainan tersebut disebabkan oleh kondisi langka Ectrodactyly atau sindrom kaki dua atau sindrom cakar lobster. Kelainan ini disebabkan oleh kondisi dominan autosomal yang disebabkan oleh mutasi tunggal kromosom 7. Pengidap ectrodactyly umumnya juga mengalami masalah pendengaran.

Warga Vadoma memiliki aturan untuk tidak menikah di luar dari suku mereka. Hal ini dilakukan untuk mencegah penyebaran kondisi kelainan genetik tersebut. Situasi ini mengakibatkan akumulasi gen yang tidak beragam, sehingga menyebabkan kondisi genetik langka.

Keluarga Colt di Australia

Keluarga Colt di Australia sempat membuat geger karena perkawinan sedarah yang dilakukan oleh hampir seluruh anggota keluarganya, mulai dari kakek, nenek, ibu, ayah, putra, bini, paman, keponakan, hingga adik serta kakak. Kondisi ini membuat pemerintah membuat Strike Force Hermoyne, sebuah penyelidikan untuk menangani kasus inses, pelecehan anak, dan penelantaran di pertanian keluarga.

Dari laporan yang muncul, keluarga ini menghasilkan belasan keturunan yang mengalami masalah kesehatan, dan beberapa di antaranya mengalami cacat fisik.

Sebanyak 12 anak mengalami kelainan bentuk wajah, kesulitan berbicara, hingga kebersihan yang buruk. Beberapa orang mengalami buta huruf, kekurangan gizi, hingga tidur di samping ember yang berisikan kotoran dan urine.

Polisi melakukan pelacakan pada keluarga tersebut dan menempatkan beberapa anak di panti asuhan. Polisi kemudian juga menemukan anak-anak dan orang dewasa yang terlibat dalam aktivitas seksual hingga mengakibatkan anak cacat secara genetik.

Halaman 2 dari 2
(avk/kna)

Berita Terkait