Tim peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI) melakuan studi terkait terkait paparan pajanan timbel yang berbahaya di tubuh anak-anak. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana tingkat kadar timbel darah (KTD) pada anak di beberapa daerah yang tinggi aktivitas menggunakan timbel.
Timbel atau timah hitam yang termasuk dalam golongan logam berat. Bahan ini biasanya digunakan sebagai bahan baku baterai, amunisi, pelapis kabel, pewarna, hingga pipa Polyvinyl Chloride (PVC). Timbel dapat ditemukan di lingkungan dan paparannya bisa terhirup melalui saluran pernapasan serta ditelan melalui saluran pencernaan.
Lokasi penelitian dilakukan di Desa Kadu Jaya Tangerang, Cinangka Bogor, Pasarean Tegal, dan Dupak di Surabaya sebagai wilayah tinggi aktivitas warga yang melibatkan timbel, sera Desa Cinangneng Bogor sebagai wilayah kontrol. Proses pengumpulan data dilakukan dalam periode Mei-Oktober 2023.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hasil Temuan Peneliti FKUI
Anggota tim peneliti dr Dewi Yunia, SpOK mengatakan bahwa anak-anak usia 1-5 tahun menjadi sasaran penelitian karena merupakan kelompok yang paling rentan terhadap paparan timbel. Tercatat ada 564 anak yang menjadi responden penelitian.
"Anak-anak berusia 1-5 tahun sangat rentan karena suka memasukkan barang ke dalam mulut, sehingga pajanan timbal ini berisiko lebih tinggi," ucap salah satu anggota dari tim riset dr Dewi Yunia, SpOk ketika ditemui di Jakarta Pusat, Rabu (10/1/2024).
"Penyerapan timbel pada anak itu bisa lebih tinggi 3-5 kali lebih besar daripada orang dewasa," tambahnya.
Dari hasil penelitian, ditemukan ada beberapa anak memiliki KTD melebihi standar yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yaitu sebesar 5 µg/dL. Tim peneliti mengungkapkan anak dengan KTD di atas 45 µg/dL dianjurkan untuk melakukan terapi perawatan.
Berikut ini adalah rincian temuan dari penelitian tersebut:
0 - 3,5 µg/dL berjumlah 23 anak
3,5 - 5 µg/dL berjumlah 41 anak
5 - 10 µg/dL berjumlah 158 anak
10 - 20 µg/dL berjumlah 197 anak
20 - 45 µg/dL berjumlah 126 anak
45 - 65 µg/dL berjumlah 10 anak
Lebih dari 65 µg/dL berjumlah 9 anak
Bahaya yang Mengancam
Tim peneliti mengatakan bahwa secara teori, anak-anak dengan paparan di atas 20 µg/dL sudah dapat mengalami gangguan pada sel darah merah. Tim peneliti mengungkapkan bahwa 34 persen dari responden yang memiliki KTD di atas 20 µg/dL sudah mengalami anemia dan atau kurang darah.
Dokter spesialis anak dr Ari Prayogo, SpA yang ikut dalam penelitian lebih lanjut mengungkapkan berbagai efek paparan timbel yang berbahaya pada anak. Ia mengungkapkan bahwa anemia memang merupakan efek paparan timbel yang paling umum muncul.
"Ketika anemia, suplai nutrisi, oksigen, tidak dapat terdistribusi dengan baik ke sel tubuh. Nantinya sel tidak dapat berfungsi dengan baik dan anak tidak bertumbuh dengan optimal," jelas dr Prayogo.
Dalam kondisi jangka panjang kondisi ini dapat memberikan efek pada pertumbuhan dan kecerdasan anak. Timbel yang masuk ke dalam tubuh dapat 'terdeposit' ke dalam sistem saraf dan mempengaruhi otak bagian depan yang berperan sebagai fungsi kontrol diri sehingga dapat mempengaruhi perilaku anak.
"Timbel juga bisa dapat berefek pada otak bagian prefrontal cortex yang nanti itu berkembang menjadi tempat mengatur kontrol diri. Kalau terganggu, kontrol dirinya bisa menjadi berkurang atau tidak ada. Anak bisa menjadi hiperaktif, mengalami gangguan pemusatan perhatian, susah konsentrasi, hingga sulit belajar," ujarnya.
NEXT: Cara mencegah paparan timbel pada anak
Cara Mencegah Keracunan Timbel pada Anak
dr Prayogo mengatakan walaupun kebiasaan anak memasukkan tangan atau benda ke mulut dapat menjadi pemicu utama paparan timbel, ia mengatakan kebiasaan tersebut tidak boleh dihentikan orang tua. Ia menuturkan bahwa kebiasaan tersebut merupakan bagian proses eksplor dan belajar anak.
Oleh karena itu, yang perlu dilakukan orang tua adalah memastikan kebersihan tangan anak ketika memiliki kebiasaan seperti itu.
"Kebiasaan memasukkan tangan ke mulut itu fase stimulasi sentuhan yang diperlukan. Pada usia 4-6 bulan anak akan cenderung suka memasukkan tangan ke mulut. Terus setelah enam bulan sampai setahun dia memang eksplor," ucap dr Prayogo.
"Terus gimana? Kita pastikan tangan anak yang masuk ke dalam mulut itu selalu bersih, cuci tangannya, terus kita lap. Memasukkan tangan itu perlu dan boleh, tapi harus bersih," sambungnya.
Tidak hanya itu, dr Prayogo juga mengimbau orang tua untuk terus melakukan pembersihan mainan yang sering dimainkan oleh anak, rutin membersihkan rumah, dan memastikan nutrisi yang cukup untuk anak. Hal ini penting dilakukan untuk mencegah paparan timbel lebih parah sehingga berefek pada kesehatan anak.











































